Saat Sri Mulyani Duduk Sejajar Dengan Bos IMF dan Menkeu AS

Saat Sri Mulyani Duduk Sejajar Dengan Bos IMF dan Menkeu AS

- detikFinance
Jumat, 24 Okt 2014 07:16 WIB
Saat Sri Mulyani Duduk Sejajar Dengan Bos IMF dan Menkeu AS
Foto: Getty Images
Jakarta - Direktur Bank Dunia Sri Mulyani jadi pembicara di acara pertemuan menteri keuangan negara-negara APEC di Beijing, Tiongkok. Dalam acara itu ia duduk sejajar dengan tokoh penting dunia lainnya.

Beberapa tokoh yang juga jadi pembicara adalah Christine Lagarde dari International Monetary Fund (IMF), Luis Alberto Moreno dari Inter American Development Bank, Mauricio Cardenas Direktur Departemen Perencanaan Nasional Kolombia, dan Jacob J Lew Menteri Keuangan Amerika Serikat (AS).

Seperti gaya Sri Mulyani dalam acara tersebut, dan apa saja yang dibahas? Simak hasil rangkuman detikFinance, Jumat (24/10/2014).

Mantan Menteri Keuangan (Menkeu) RI ini duduk di sebelah Menkeu AS Jacob 'Jack' Lew. Keduanya terlihat sesekali berbincang sebelum acara dimulai.

Selain Jack Lew, hadir juga tokoh penting lainnya yang jadi pembicara. Mereka adalah Christine Lagarde dari International Monetary Fund (IMF), Luis Alberto Moreno dari Inter American Development Bank, dan Mauricio Cardenas Direktur Departemen Perencanaan Nasional Kolombia.

Sri Mulyani menyebutkan pemulihan ekonomi global dihantui dengan berbagai risiko. Salah satunya adalah terkait harga komoditas.

Dalam beberapa tahun terakhir, harga komoditas cenderung bertahan di level rendah. Ini menjadi salah satu faktor risiko dan kelemahan bagi sejumlah negara. Salah satu negara yang kena dampaknya adalah Indonesia.

"Kekhawatiran bahwa ekonomi global akan melambat, pasokan yang melimpah, dan kuatnya nilai tukar dolar AS menjadi penyebab penurunan harga komoditas," tuturnya dalamm sambutan seperti dikutip dari situs Bank Dunia, Kamis (23/10/2013).

Bank Dunia, lanjut Sri Mulyani, memiliki indeks harga energi. Dia menyebutkan indeks energi Bank Dunia turun sekitar 6% pada kuartal III-2014.

Penurunan harga komoditas, tambah Sri Mulyani, bagai dua sisi mata uang. Ini berdampak positif bagi negara-negara yang impornya besar, tetapi menyakitkan bagi negara-negara yang perekonomiannya mengandalkan ekspor komoditas.

"Negara-negara pengekspor komoditas seperti Indonesia adalah contoh yang mengalami dampak negatif jika penurunan harga komoditas terus terjadi. Sementara untuk negara seperti Kamboja, justru diuntungkan karena impor akan lebih murah," papar Sri Mulyani, yang disebut-sebut akan mengisi posisi menteri di kabinet Presiden Joko Widodo (Jokowi).

Situasi ini, menurut Sri Mulyani, sangat mempengaruhi aktivitas ekonomi. Oleh karena itu, para pembuat kebijakan diharapkan terus berupaya menstabilkan ekonomi dan memperkuat fundamental.

Sri Mulyani mengatakan, 2014 merupakan tahun yang mengecewakan bagi perekonomian.

"Situasi sudah berubah dan 2014 sepertinya akan mengecewakan. Perkirakan pertumbuhan ekonomi global berulang kali direvisi dan sekarang diperkirakan hanya 2,6%," kata Sri Mulyani dalam sambutannya seperti dikutip dari situs Bank Dunia, Kamis (23/9/2014).

Tidak hanya negara maju, lanjut Sri Mulyani, negara berkembang pun tidak luput dari perlambatan ekonomi. India memang mulai pulih tetapi Tiongkok sepertinya masih bermasalah.

"Kabar baiknya adalah ekonomi India mulai menanjak. Sementara Tiongkok sepertinya masih mengalami penyesuaian ekonomi," ujarnya.

Di negara-negara berkembang lain, menurut Sri Mulyani, juga ada berbagai masalah. Misalnya pasokan energi yang tidak bisa diandalkan di India, Pakistan, Brasil, dan Filipina. Lalu regulasi perizinan dan pajak yang menyulitkan dunia usaha di Brasil, Bangladesh, dan India.

"Kesimpulannya, proses pemulihan ekonomi global masih rentan dan ada risiko besar. Para pembuat kebijakan harus mengirimkan sinyal optimisme bagi para pelaku ekonomi. Lakukanlah berbagai kebijakan untuk memperkuat fundamental ekonomi," jelas Sri Mulyani.

Hide Ads