Rektor Universitas Pertamina, Akhmaloka menyebut, lesunya harga minyak dunia yang berujung pada maraknya pemutusan hubungan kerja (PHK) pada perusahaan migas, bukan berarti mengurangi minat calon mahasiswa mengincar perguruan tinggi yang berlokasi di Simprug, Jakarta Selatan ini.
"Ini memang turun, banyak PHK. Tapi itu saya kira 3-5 tahun lagi akan kembali normal. Harga minyak dunia turun kan karena persaingan politik Arab Saudi, Iran, dan Amerika Serikat. Jadi pasti akan kembali normal," jelasnya kepada detikFinance, di Kantor Pusat Pertamina, Jakarta, Minggu (24/4/2016).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Paling banyak teknik perminyakan. Paling favorit, jadi mereka yang lagi tes ini malah lebih optimis sektor minyak ini masih sangat cerah. Ada 250 peminatnya, kita kan bukan hanya hasilkan lulusan ahli saja, kalau itu kursus saja, lulusan kita yakni creating new knowledge," kata mantan Rektor Institut Teknologi Bandung (ITB) ini.
Ditemui di tempat yang sama, Vice President Corporate Communication Pertamina, Wianda Pusponegoro mengungkapkan kebutuhan karyawan Pertamina terus meningkat hingga tahun 2020.
"Kita ada upgrading kilang, kemudian ada kilang baru. Satu upgrading saja butuh ratusan orang baru. Kemudian kita mengambil alih blok-blok migas baru, belum termasuk energi baru terbarukan," ungkap Wianda.
Dia menuturkan, Pertamina memproyeksi harga minyak dunia akan kembali normal pada 3 tahun mendatang. Perusahaan juga sudah berinvestasi miliaran dolar pada banyak proyek, dan akan membutuhkan karyawan baru saat beroperasi nantinya.
"Pada 3-5 tahun mendatang sudah baik. Tahun 2020 saja kita punya skenario produksi minyak kita 1,5 juta barel per hari dengan skenario kita sekarang. Belum kalau ada skenario tambahan lainnya. Itu butuh banyak tenaga kerja," tutup Wianda. (feb/feb)