Dari hasil rapat koordinasi terbatas, sisa jatah impor sebanyak 267.000 ton ini kemudian dialihkan ke Perum Bulog.
Direktur Utama Perum Bulog, Djarot Kusumayakti mengatakan, pihaknya ditugasi pemerintah mengimpor sebanyak 267.000 ton untuk menambah pasokan gula kristal putih (GKP) di dalam negeri.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Lantaran BUMN logistik pangan tersebut tak memiliki pabrik gula (PG) untuk proses penggilingan gula mentah menjadi GKP, maka pihaknya memilih bekerjasama dengan PG swasta yang selama ini memproduksi gula rafinasi.
"Di Indonesia kebetulan ada 11 pabrik gula yang olah rafinasi, kami tawarkan ke mereka olah gula mentah ini jadi gula putih sesuai spek yang kita inginkan. Tapi ternyata hanya 5 dari 11 yang siap giling raw sugar," kata Djarot.
Mantan Direktur UMKM Bank BRI ini mengungkapkan, gula mentah yang digiling di 5 PG swasta ini akan dipakai untuk stabilisasi harga GKP. Bulog sendiri berencana menjualnya di harga Rp 12.500/kg.
"Harga eceran tertingginya Rp 12.500, untuk pedagang kami jual di bawah itu. Gula mentahnya akan kita datangkan dari Brasil, karena saat ini secara global gula lagi shorted, Brasil yang paling memungkinkan harganya. Oktober bisa mulai giling," ujar Djarot.
Sebelumnya, PTPN X mandapat jatah kuota impor 381.000 ton. Awalnya, jatah impor diberikan untuk stimulus sejumlah BUMN pemilik PG meningkatkan rendemennya hingga 8,2%. Gula mentah impor tersebut nantinya dialokasikan untuk 6 PG BUMN untuk diolah menjadi GKP.
Pabrik-pabrik gula tersebut antara lain PTPN IX 41.000 ton, PTPN X 115.000 ton, PTPN XI 100.000 ton, PTPN XII 25.000 ton, PT PG Rajawali I 48.000 ton, dan PT PG Rajawali II 52.000 ton. (hns/hns)