Penutupan geari Sevel sebenarnya sudah terjadi sebelum masuk 2017. Convenience store asal Amerika Serikat yang lisensi waralabanya dipegang oleh PT Modern Sevel Indonesia (MSI) ini mulai menutup gearinya lantaran beberapa cabangnya dianggap tak lagi sanggup menuai profit.
Diduga penutupan beberapa gerai Sevel lantaran tak sanggup bersaing. Sebab Sevel sebelumnya sangat bergantung pada penjualan bir serta beberapa makanan dan minuman. Semenjak Kementerian Perdagangan mengatur penjualan minuman beralkohol kinerja Sevel mulai merosot.
Usai mengalami kerugian, pada awal 2017 ada isu akuisisi 7-Eleven oleh PT Charoen Pokphand Restu Indonesia (CPRI) yang merupakan entitas dari PT Charoen Pokphand Indonesia (CPI) Tbk. Kedua perusahaan tersebut telah menyepakati akuisisi dengan nilai Rp 1 triliun, kesepatakan tersebut tertuang dalam Conditional Sales Purchase Agreement (CSPA).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pembatalan akusisi itu juga berujung pada informasi penutupan gerai 7-Eleven di Indonesia. Akhir bulan Juni 2017, MSI resmi menutup seluruh gerai Sevel.
Keputusan penutupan seluruh Sevel itu berdampak pada saham sang induk yakni PT Modern Internasional Tbk (MDRN). Saham MDRN anjlok di level paling dasar Rp 50 alias gocap. Sevel memang menjadi bisnis andalan MDRN, meskipun peseroan masih memiliki bisnis lainnya seperti PT Modern Data Solusi.
MDRN sepanjang 9 bulan di 2017 menderita kerugian komprehensif periode berjalan sebesar Rp 806,1 miliar. Angka itu meningkat 418,39% dari catatan rugi komprehensif periode berjalan kuartal III-2016 sebesar Rp 155,5 miliar.
MDRN mencatatkan penjualan bersih sebesar Rp 189,6 miliar. Angka tersebut turun 71,3% dibanding penjualan bersih periode yang sama ditahun sebelumnya sebesar Rp 660,7 miliar.
Jika dilihat dari entitas usahanya, penurunan penjualan paling besar dari lini bisnis Sevel. Sepanjang 9 bulan tahun ini bisnis Sevel hanya membukukan penjualan bersih Rp 133,7 miliar, turun 74,6% dibanding periode yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp 526,2 miliar. Tidak jauh berbeda dengan Sevel, lini bisnis industrial imaging juga turun 41,6% dari Rp 134,5 miliar di kuartal III-2016 menjadi Rp 55,9 miliar.
Bukan hanya membebani kinerja keuangan dan meninggalkan utang yang diperkirakan mencapai Rp 1 triliun, tutupnya seluruh Sevel juga meninggalkan masalah baru yakni permasalahan dengan mantan karyawannya yang diperkirakan mencapai 1.300 orang.
Perseroan bejanji akan menyelesaikan segala tanggungjawab perseroan terhadap mantan karyawan yang terkena dampak. Bahkan manajemen juga menyatakan akan membantu karyawannya untuk mencari kerja di convenience store yang lain seperti Alfamart dan Indomaret.
Namun entah kenapa hubungan mantan karyawan Sevel dengan MDRN semakin buruk. Para karyawan justru menggelar aksi di depan kantor pusat MDNR pada 26 September 2017.
Ada 5 poin yang menjadi tuntutan utama para demonstran, yakni pesangon, gaji+tunjangan, sisa THR, uang transport dan iuran Jamsostek yang sudah dipotong.