Ikut Piala Dunia, Begini Ekonomi Negara Asal Mo Salah hingga Neymar

Ikut Piala Dunia, Begini Ekonomi Negara Asal Mo Salah hingga Neymar

Danang Sugianto - detikFinance
Jumat, 15 Jun 2018 11:31 WIB
Ikut Piala Dunia, Begini Ekonomi Negara Asal Mo Salah hingga Neymar
Foto: Kaz Photography/Getty Images

Maroko

Maroko memang bukan tim yang diunggulkan dalam Piala Dunia 2018. Namun tim ini tak bisa diremehkan lantaran juga memiliki 5 pemain berdarah Belanda.

Dari sisi ekonomi berbandi terbaik. Perkembangan ekonomi Maroko cukup mencolok berkat pertumbuhan sektor manufaktur,
investasi oleh perusahaan Eropa dan Cina lantaran hubungan yang kuat Sub-Sahara Afrika.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

PDB riil per kapita telah meningkat 70% sejak 2000. Insentif pajak juga mampu menarik masuknya investor asing,
termasuk perusahaan teknologi tinggi dan negara itu telah menjadi orang Afrika pusat inovasi.

Pariwisata merupakan salah satu industri utama Maroko. Negara ini juga telah menjadi tujuan wisata utama Afrika tahun lalu.

Secara keseluruhan, ekonomi Maroko tumbuh sekitar 4%, defisit anggaran telah turun ke 3,5% dari PDB dan inflasi tetap terkendali di bawah 2%.

Arab Saudi

Arab Saudi sudah 5 kali tampil di Piala Dunia. Dari sisi ekonomi, kondisi Arab Saudi juga tidak begitu buruk.

Pemulihan harga minyak memberikan dorongan terhadap prospek ekonomi Arab Saudi. Ketika harga minyak melonjak antara 2009 dan 2011, pertumbuhan PDB Arab Saudi naik menjadi lebih dari 10% dan surplus transaksi berjalan mencapai lebih dari 20% dari PDB.

Namun, karena harga minyak turun tajam pada 2014 dan 2015, pertumbuhan ekonomi Arab Saudi turun tajam dan neraca perdagangan pun berubah menjadi defisit.

Pemulihan harga minyak secara parsial dalam satu tahun terakhir telah membawa lebih banyak berita positif untuk ekonomi Saudi. Pertumbuhan ekonomi masih menurun, namun neraca perdagang sudah kembali surplus.

Ke depan, pemerintah Arab Saudi sedang berusaha mengurangi ketergantungan ekonomi pada minyak dan diversifikasi ekonomi
melalui implementasi reformasi 'Vision 2030'.

Mesir

Sepakbola Mesir kembali bangkit, setelah salah satu pemainnya Mohamed Salah bersinar di kancah Eropa. Bahkan secara tidak terduga Mesir kembali lolos dalam kualifikasi Piala Dunia, setelah terakhir kali tampil pada 1990.

Harapan besar pun kembali untuk tim Mesir. Meskipun Mo Salah saat ini dalam kondisi cidera punggung, akibat menjalani laga final Liga Champion.

Perekonomian dan persepakbolaan Mesir memiliki siklus yang hampir sama, setelah dalam periode 2011 hingga 2016. Dari sisi ekonomi saat itu terkapar akibat ketidakpastian kondisi politik saat terjadi revolusi.

Sementara dari sepakbola Mesir mengalami permasalah saat terjadi kerusuhan di pertandingan antara klub Al Ahly dan Al Masry pada Februari 2012. Sejak saat itu liga domestik Mesir ditangguhkan selama beberapa tahun. Selama periode itu, tim nasional gagal lolos tiga kali berturut-turut untuk Piala Afrika.

Pertumbuhan ekonomi Mesir juga menurun, penerimaan pariwisata anjlok dan defisit transaksi berjalan yang melebar. Lalu pada November 2016 pihak berwenang Mesir mengambil sejumlah keputusan langkah-langkah untuk mengatasi krisis ekonomi.

Program konsolidasi fiskal tiga tahun diluncurkan untuk mengurangi defisit anggaran. Kebijakan moneter diperketat untuk membendung laju inflasi dan reformasi dilakukan untuk menjaga iklim dunia usaha.

Upaya itu berhasil. Saat ini defisit neraca berjalan Mesir berkurang bersamaan dengan inflasi. Kepercayaan investor mulai pulih.

Namun masih ada risiko bahwa Mesir mungkin menjadi korban dari keberhasilannya sendiri. Kombinasi antara hasil tagihan surat utang jangka pendek dengan nilai tukar mata uang Mesir yang undervalue membuat tagihan pemerintah membengkak.

Iran

Menurut riset Goldman Sachs kondisi Iran mulai bergejolak ketika ketegangan dengan AS kembali mencuat. Pada awal Mei 2018, Presiden AS Donald Trump mengumumkan akan menarik diri dari kesepakatan nuklir antara Teheran dan negara-negara besar yang ditandatangani pada tahun 2015.

Dampak dari hal itu, pasokan minyak global menjadi tidak jelas. Sebab negara-negara produsen minyak lain kemungkinan besar akan menaikan pasokannya untuk mengimbangi penurunan pasokan minyak di Iran.

Bagi Iran, ketidakpastian jangka pendek ini tentu tidak diinginkan. Mengingat Iran memiliki cadangan minyak besar.

Melalui pendekatan Piala Dunia, Iran mungkin berharap menjadikan sepak bola sebagai alat yang berguna untuk mengurangi ketegangan politik.

Hide Ads