Buwas: Ada Oknum Bulog Mainkan Raskin

Buwas: Ada Oknum Bulog Mainkan Raskin

Puti Aini Yasmin - detikFinance
Rabu, 27 Jun 2018 08:25 WIB
Buwas: Ada Oknum Bulog Mainkan Raskin
Foto: Ainur Rofiq
Jakarta - Direktur Utama Perum Bulog Budi Waseso (Buwas) mengaku menemukan sebuah fakta menarik. Buwas menemukan ada oknum Bulog ikut memainkan beras raskin (raskin) sambil berkongsi dengan mafia.

Seperti diketahui raskin merupakan program bantuan pemerintah untuk masyarakat dengan syarat. Kini namanya telah diganti menjadi beras sejahtera (rastra).

Adapun oknum tersebut membuat masyarakat kecewa sehingga banyak yang mengeluhkan kualitas beras dari program tersebut.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dirangkum detikFinance, Rabu (27/6/2018) begini cerita selengkapnya:
Perum Bulog dan Kementerian Sosial siang ini melakukan evaluasi beras miskin yang saat ini berganti nama menjadi beras sejahtera (rastra).

Hasil rapat evaluasi hari ini, dilaporkan adanya temuan, yakni dari hasil penelusuran pihaknya menemukan ada beras yang disimpan atau 'dipendam' lebih dari 1,5 tahun lamanya.

Padahal, beras tersebut harusnya segera didistribusikan untuk program raskin kala itu.

"Evaluasi kita akan mendapatkan beberapa beras yang stoknya lebih dari 1,5 tahun ada di gudang Bulog," katanya di Kementerian Sosial, Jakarta, Selasa (26/6/2018).

Melihat kondisi tersebut, Perum Bulog akan melakukan pembenahan, yakni dengan melakukan pengeluaran atau disposal beras yang disimpan lebih dari 4 bulan.

"Kita sudah melakukan langakah-langkah perbaikan evalausi masalah. Khususnya kualitas beras yang ada di Bulog karena Bulog bertanggung jawab menyediakan barang berkualitas," ungkapnya.

"Sehingga beras yang sudah tidak layak atau nilanya turun akan kita disposal dan akan kita ganti berkualitas. Maksimal beras yang ada di Bulog lama 4 bulan. Lebih dari itu akan dikeluarkan dari gudang Bulog," tutupnya.

Beras untuk program bantuan kepada masyarakat berupa beras sejahtera (rastra) yang dikelola oleh Perum Bulog ditemukan dipendam selama 1,5 tahun. Hal itu menyebabkan menurunnya kualitas beras tersebut.

Hasil temuan Bulog, ada beras miskin yang disimpan di gudang bulog hingga 1,5 lebih.

Buwas mengatakan kondisi beras di gudang Bulog yang 'dipendam teralalu lama mengalami perubahan aroma menjadi tidak sedap dan mulai dihinggapi kutu. Fisiknya pun berubah hingga tidak enak bila dimasak.

Oleh karena itu, pihaknya akan melakukan pembenahan untuk menjamin kualitas dan mutu beras yang baik. Hal ini dilakukan dengan melakukan pemeriksaan secara teliti.

"Kualitas mutunya rendah bau atau ada kutunya tidak akan terjadi lagi karena kita akan periksa dan teliti evaluasi," katanya di Kementerian Sosial, Jakarta, Selasa (26/6/2018).

Selain itu, Buwas juga akan melakukan disposal atau pengeluaran beras dari gudang Bulog bila berusia lebih dari empat bulan.

"Sehingga beras yang sudah tidak layak atau nilanya turun akan kita disposal dan akan kita ganti berkualitas. Maksimal beras yang ada di Bulog lama 4 bulan. Lebih dari itu akan dikeluarkan dari gudang Bulog," sambungnya.

Akibat 'dipendam' terlalu lama, kualitas beras miskin (raskin) di gudang-gudang Bulog mengalami penurunan. Kualitas beras yang rendah tercermin dari aroma beras yang tak sedap dan fisiknya yang tak menarik.

Celakanya, beras tersebut malah diperdagangkan. Direktur Utama Perum Bulog Budi Waseso (Buwas) mengaku menemukan ada oknum Bulog yang nakal membantu mafia beras menjual beras miskin kualitas rendah tersebut.

"Jadi macam-macam modusnya, di antaranya mereka (mafia beras) menimbun. Kalau beras tidak mau mengeluarkan dia (mafia beras) bekerja sama dengan okum di Bulog. Beras di Bulog dicampur dengan beras lokal dan jadi kemasan dan dijual dengan harga mahal," kata Buwas di Kementerian Sosial, Jakarta, Selasa (26/6/2018).

"(Mafia beras) bekerja sama dengan okum di Bulog. Beras di Bulog dicampur dengan beras lokal dan jadi kemasan dan dijual dengan harga mahal," kata Buwas.

Kondisi tersebut dinilai merugikan masyarakat sebagai penerima beras miskin yang dikelola Bulog. Maupun masyarakat luas yang tertipu karena membeli beras yang sudah dicampur dengan beras miskin kualitas rendah.

Untuk mengatasi hal itu, ia sudah meminta kepada Satgas Pangan dan pengusaha untuk bekerja mengawasi serta menjaga kondisi tersebut.

"Kemarin saya bicara dengan wakapolri satgas pangan untuk bekerja mengawasi sistem ini karena ada beberapa yang menimbun beras termasuk daging dan ayam," terangnya.

"Sekaligus saya sampaikan teman-teman pengusaha yang punya kekuatan untuk menimbun untuk menyimpan masalah perut jangan dimainkan ini masalah bukan soal mencari keuntungan ini tergantung teman-teman satgas pangan kita imbau," tutupnya.

Direktur Utama Perum Bulog Budi Waseso (Buwas) mengaku menemukan ada oknum Bulog yang nakal membantu mafia beras menjual beras miskin kualitas rendah.

Buwas mengaku telah mengantongi nama-nama oknum yang bersangkutan dan telah menyerahkannya pada satgas pangan.

"Ini kita berikan ke teman-teman satgas pangan dan dapat dengan mudah didapat dan diketahui untuk penindakan agar tidak ada unsur kesengajaan (sengaja menjual beras kualitas rendah) berulang," kata Buwas di Kementerian Sosial, Jakarta, Selasa (26/6/2018).

Buwas enggan merinci di mana keberadaan oknum bulog yang disebut sudah bekerja sama dengan para mafia beras. Namun ia memastikan, para oknum pegawai bulog tersebut akan mudah ditangkap dan dilakukan penindakan tegas.

"Di seluruh Indonesia saya sudah kasih petanya. Nggak boleh dikasih tahu, itu bocor. Pokoknya nanti ditangkap," tegas dia.

Satgas pangan adalah tim yang dibentuk pemerintah dengan anggota lintas lembaga dari mulai Polri, KPPU, hingga kementerian teknis terkait.

Buwas mengaku menemukan 200 ribu ton beras dengan kualitas rendah di gudang Bulog. Beras-beras tersebut menurun kualitasnya karena terlalu lama disimpan.

Buwas menjelaskan, beras berkualitas rendah tersebut seharusnya dimusnahkan dengan cara disposal atau dikeluarkan dari gudang dan dijual untuk pakan ternak. Namun, beras tersebut malah dijual oleh oknum Bulog bekerja sama dengan mafia yang mencampurnya dengan beras lokal dan dijual mahal. Praktik ini merugikan masyarakat.

"Mereka menimbun kalau beras tidak mau mengeluarkan dia bekerja sama dengan oknum di Bulog beras di Bulog dicampur dengan beras lokal dan jadi kemasan dan dijual dengan harga mahal. Beras medium dijual jadi premium terus dengan teknologi dan cara macam-macam lah," katanya di Kementerian Sosial, Jakarta, Selasa (26/6/2018).

Menghindari kondisi tersebut terulang, Buwas mengaku akan memperketat pengawasan untuk disposal. Harapannya, oknum pegawai bulog tak bisa bermain-main lagi dengan stok raskin dan menjualnya ke mafia. Disposal akan dilakukan ketat setiap 4 bulan sekali.

"Sehingga beras yang sudah tidak layak atau nilainya turun akan kita disposal dan akan kita ganti lebih berkualitas. Maksimal beras yang ada di Bulog lama 4 bulan. Lebih dari itu akan dikeluarkan dari gudang Bulog bisa jadi untuk pakan ternak," terangnya.

Hide Ads