Jurus Kepret Terbaru Rizal Ramli: Ekonomi RI Lampu Setengah Merah

Jurus Kepret Terbaru Rizal Ramli: Ekonomi RI Lampu Setengah Merah

Danang Sugianto - detikFinance
Kamis, 12 Jul 2018 08:39 WIB
Jurus Kepret Terbaru Rizal Ramli: Ekonomi RI Lampu Setengah Merah
Foto: Pool

Mantan Menko Kemaritiman itu menjelaskan, kondisi ekonomi RI yang sudah mengkhawatirkan bisa dilihat dari berbagai faktor. Seperti neraca perdagangan yang selalu defisit. Pada Mei 2018 misalnya kembali terjaid defisit sebesar US$ 1,52 miliar.

"Lalu, transaksi berjalan ini juga yang bahaya. Hari ini minus US$ 5,5 miliar," tuturnya dalam acara Dialog Sekber di Jakarta, Rabu (11/7/2018).

Selain itu, indikator ekonomi lainnya juga dilihatnya semakin memburuk. Seperti nilai tukar rupiah yang terus anjlok hingga daya beli masyarakat yang tak kunjung membaik.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Karena adanya khawatiran, sekarang ekonomi sudah lampu setengah merah. Kalau tidak hati-hati ini bisa jadi krisis kembali," tegasnya.

Menurutnya kondisi itu bisa tercium oleh investor asing. Alhasil banyak investor yang khawatir yang kemudian menarik dananya dari pasar modal maupun pasat uang Indonesia.

"Meskipun Menkeu menyerahkan laporan ke Presiden bahwa kita surplus. Bilang ekonomi kita baik-baik saja. Padahal investor asing itu pintar-pintar. Dia bisa menganalisa dari CDS (Credit Default Swap) negara kita dari komputernya," imbuhnya.

Menurut Rizal tingkat CDS RI meningkat cukup drastis, dari posisi 80 di Januari 2018 menjadi 144 pada hari ini. Menurutnya jika CDS Indonesia kembali naik, rating investasi Indonesai bisa kembali turun.

Sekedar informasi nilai CDS saat ini menjadi indikator fundamental yang paling dicari oleh para investor besar dan para fund manager di seluruh dunia. Nilai CDS suatu negara bisa menjadi acuan sebagai indikator forex paling akurat untuk memprediksi pergerakan mata uang negara tersebut dalam medium/long-term.

"Kemudian ada indikator yang disebut country vulnerability index atau indeks kerentanan. Sekarang kita nomor dua paling beresiko. Artinya kalau terjadi sesuatu paling gampang digoyang. Saya tidak pernah tuh lihat pejabat Indonesia lihat dua indikator penting itu," tuturnya.

Hide Ads