Saat disambangi awak media kondisi kantin TKA sedang sepi, sebab bukan waktu istirahat makan siang. Kondisi kantin TKA cukup rapih, terdapat bangku dan meja solid.
Ada juga loket-loket untuk mengambil makanan. Di loket itu juga tertera menu makanan.
Dari kantin, lanjut ke dapur. Di bagian dapur ada sekitar 120 orang karyawan yang menyiapkan makanan. Seluruhnya merupakan tenaga kerja lokal, hanya ada 5 TKA asing yang bekerja sebagai koki.
"Karena kami bisa memasak sesuai dengan seleranya TKA China," kata Ketua koki kantin TKA Chai Ming.
Untuk bahan makannya sendiri, Chai Ming mengaku seluruhnya berasal dari wilayah sekitar seperti Kendari, Morowali dan wilayah sekitar lainnya. Namun detikFinance melihat ada beberapa bahan pelengkap yang sepertinya bukan berasal dari Indonesia. Sebab tidak ada keterangan di produk dalam bahasa Indonesia.
"Ya kami berusaha memberikan makanan yang sesuai selera mekera agar mereka betah," tuturnya.
Sementara untuk kantin tenaga kerja lokal terpantau ada beberapa pekerja yang sedan makan. Kondisi dan fasilitasnya sama dengan kantin TKA, seperti kursi dan mejanya.
Namun yang berbeda tidak ada loket khusus untuk mengambil makanan. Kantin juga terlihat masih lowong, meski kapasitasnya sekitar 3.000 sampai 5.000 orang.
Namun di sisi samping kantin yang terhubung langsung dengan dapur ternyata terlihat antrian para pekerja. Mereka ternyata mengantri untuk ambil makanan dalam jumlah banyak yang kemudian dikirim ke pekerja-pekerja yang tidak bisa meninggalkan pekerjaannya.
Terlihat pekerja kantin yang tengah memasukan makanan ke dalam tempat makan. Kebetulan menu hari ini terdiri dari ikam sayur dan buah.
"Jadi banyak pekerja yang harus makan di tempatnya karena tidak bisa meninggalkan pekerjaannya jadi kita delivery," kata Ketua koki kantin pekerja lokal Ii Masuri.