Venezuela dihantam krisis ekonomi. Negara surga minyak tersebut juga mengalami inflasi parah atau hiperinflasi.
Dalam laporan BBC seperti dikutip Kamis (23/8/2018), ada beberapa hal yang memicu Venuzuela dihantam hiperinflasi, salah satunya karena pembatasan mata uang asing.
Presiden Hugo Chaves memutuskan untuk mengendalikan pasar mata uang asing pada 2003. Sejak saat itu warga Venezuela yang ingin menukar bolivar dengan dolar harus mendaftar ke badan mata uang yang dijalankan pemerintah.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Karena banyak warga Venezuela yang tidak dapat membeli dolar dengan bebas, pasar gelap berkembang dan inflasi meningkat," tulis laporan BBC.
Selain itu Bank Sentral Venezuela tak menerbitkan data statistik sejak 2015. Menurut ahli ekonomi Johns Hopkins University, Steve Hanke memperkirakan angka inflasi melonjak hampir 18.000% pada April lalu.
Inflasi parah juga dipicu langkah Pemerintah Venezuela mencetak uang tambahan untuk meningkatkan upah minimum. Tujuannya untuk mendapatkan kembali dukungan warga miskin Venezuela.
Di sisi lain pemerintah kesulitan mendapatkan pinjaman karena kondisi Venezuela yang memburuk. Apalagi, setelah terjadi gagal bayar pada obligasi pada sejumlah obligasi.
Kesulitan akan pinjaman itu akhirnya membuat Venezuela kembali mencetak uang. Hal itu membuat nilai mata uang semakin turun dan inflasinya menjadi parah.
"Pemberi pinjaman semakin tidak menginginkan mengambil risiko menanam uang di Venezuela, pemerintah kembali mencetak uang, sehingga semakin menurunkan nilainya dan melonjakkan inflasi," tulis BBC.