Istilah action figure sendiri kali pertama dipopulerkan oleh produsen mainan Hasbro asal Amerika Serikat. Hasbro merupakan produsen mainan pemegang merk untuk sejumlah produk ternama, contohnya seperti karakter GI Joe dan Transformers.
Ketika ingin memasarkan mainan GI Joe pada 1964, Hasbro mengeluarkan istilah action figure untuk menyasar anak laki-laki. Hal ini karena istilah boneka dirasa kurang pas untuk anak laki-laki, kurang keren. Apalagi GI Joe adalah sebuah karakter berbau militer, sehingga action figure merupakan sebutan yang lebih cocok.
Era 1980-an mungkin pantas disebut masa keemasan action figure. Bahkan ketika itu sejumlah seri animasi sengaja dibuat untuk kepentingan penjualan action figure, seperti Inhumanoid atau The Centurions. Sejumlah film kartun seperti Teenage Mutant Ninja Turtles, He-Man and The Masters of the Universe, Thundercats, atau The Real Ghostbusters pun ikut mendongkrak kepopuleran action figure.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Di awal hadirnya internet di Indonesia, atau sekitar 2000-an awal, para kolektor action figure mulai banyak berkumpul di sebuah forum semacam Kaskus serta layanan chatting mIRC. Saat itu, komunitas untuk para pecinta action figure mulai muncul dengan nama NeoKg. Komunitas itu menjadi suatu wadah komunikasi bagi sesama pecinta action figure secara umum.
Seiring pesatnya perkembangan digital, beragam sosial media juga mulai hadir seperti Facebook. Dari situ, berbagai komunitas action figure juga mulai bermunculan. Komunitas-komunitas yang muncul ini bisa dibilang lebih terklasifikasi.