Wakil Menteri Luar Negeri Venezuela untuk wilayah Asia, Timur Tengah dan Oceania, Ruben Dario Molina menjelaskan, awal mula krisis ekonomi terjadi ketika pemerintahan Presiden Nicolas Maduro menerapkan sistem ekonomi dengan prinsip sosialisme.
Pemerintah Venezuela berusaha melakukan nasionalisme atas kekayaan negaranya yang paling besar berupa minyak bumi. Untuk mengurangi kemiskinan mereka juga melakukan penyesuaian gaji minimum serta membangun lebih dari 2 juta rumah untuk masyarakatnya.
"2 juta rumah itu bisa menampung sekitar 10 juta rakyat Venezuela. Pembangunan itu juga berimbas pada meningkatnya kesehatan dan pendidikan, mereka hidup layak. Tapi tentu Amerika Serikat dan Uni Eropa tidak senang dengan hal itu," tuturnya di Hotel Gran Melia, Jakarta.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sementara salah satu penyebab terjadinya hyper inflasi di Venezuela adalah kelangkaan ketersediaan mata uang bolivar di beberapa wilayah. Menurutnya ada pihak yang sengaja membawa banyak mata uang bolivar di wilayah perbatasan.
"Di perbatasan harganya lebih tinggi. Kalau hanya beredar di perbatasan, bagaimana di wilayah tengah ini, mau belanja kekurangan uang. Itu yang sebenarnya kita alami. Kelangkaan uang membuat kami sulit untuk membeli kebutuhan dasar," ungkapnya.
Kelangkaan uang tunai itu mendorong inflasi hingga titik yang mengejutkan. Sebab ternyata hanya sedikit dari masyarakat Venezuela yang memiliki kartu debit ataupun kartu kredit untuk transaksi.
"Makanya mereka menyerang Venezuela dari hal yang paling dasar. Sekarang kami dalam perang ekonomi," tambahnya.