Mantan Direktur Pelaksana Bank Dunia ini mengungkapkan kondisi ekonomi Indonesia saat ini tengah dipengaruhi gejolak ekonomi global.
"Kondisi perekonomian saat ini seperti kita pelihara kesehatan, maka perekonomian kalau dipelihara juga akan liat dinamika baik dari dalam maupun dari luar. Ada faktor dari luar yang bisa mempengaruhi kesehatan perekonomian ada juga faktor dari dalam," ujarnya dalam acara Forum Riset Life Science Nasional 2018 di Hotel Pullman Central Park, Jakarta Barat, Kamis (13/9/2018).
Menurutnya gejolak itu bersumber dari Amerika Serikat (AS). Bank Sentral AS, The Fed saat ini tengah melakukan normalisasi kebijakan moneter dengan menaikkan suku bunga acuan dan mengurangi likuiditas dolar AS yang tersebar di dunia. Hal ini merupakan imbas setelah AS mengalami krisis di 2008.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kemudian, lanjut Sri Mulyani, pemerintah AS yang dipimpin Donald Trump mengambil kebijakan-kebijakan ekstrem. Salah satunya melakukan perang dagang dengan China.
Belum lagi mulai ada beberapa negara yang mengalami krisis, seperti Turki dan Argentina. Kondisi kedua negara itu semakin memperparah, sebab muncul persepsi bagi investor asing bahwa negara-negara berkembang kemungkinan besar akan bernasib sama.
Guncangan ekonomi itu juga mulai mempengaruhi terhadap keseimbangan neraca pembayaran. Defisit pun semakin lebar yang disebabkan selain impor yang lebih besar dari ekspor, juga keluarnya arus modal asing.
Meski begitu dia menegaskan bahwa kondisi ekonomi makro Indonesia masih dalam keadaan yang sehat. Pertumbuhan ekonomi masih di sekitar 5,2% dan inflasi yang terjaga di level 3,5%.