Sri Mulyani mengatakan ada tiga pilar yang bisa menilai perekonomian Indonesia krisis atau tidak.
Hal itu diungkapkannya di depan sekitar 1200 pengusaha yang tergabung dalam Apindo dan Kadin Indonesia pada saat acara seminar nasional tentang peran serta dunia usaha dalam membangun sistem perpajakan dan moneter yang adil, transparan, dan akuntabel.
"Kalau konteks ekonomi dalam negeri untuk melihat krisis atau tidak ada beberapa pilar," kata Sri Mulyani di Hotel Indonesia Kempinski, Jakarta Pusat, Jumat (14/9/2018).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kondisi moneter nasional yang baik juga terlihat dari sektor perbankan di mana kreditnya mulai bertumbuh, kredit macet (NPL) yang masih terjaga.
Pilar kedua, kata Sri Mulyani mengatakan adalah APBN. Pasalnya APBN menjadi pemersatu bangsa dengan kontribusi dari pajak, bea cukai, dan PNBP.
Pilar selanjutnya, Mantan Direktur Pelaksana Bank Dunia ini menyebutkan adalah kondisi neraca pembayaran yang menggambarkan terkait dengan transaksi berjalan maupun neraca perdagangan Indonesia.
Kondisi neraca pembayaran Indonesia memang defisit namun hal tersebut masih dijaga dengan beberapa langkah, mulai dari penerapan kebijakan B20, pembatasan impor, hingga penundaan beberapa proyek infrastruktur.