mengklaim produksi beras dari dalam negeri telah memenuhi gudang miliknya. Bahkan, Bulog mesti menyewa gudang karena banyaknya pengadaan yang dilakukan.
Direktur Utama Perum Bulog Budi Waseso mengatakan dana yang digelontorkan untuk menyewa gudang mencapai Rp 45 miliar. Sewa tersebut dilakukan hingga akhir tahun ini.
Oleh karena itu, ia menegaskan tidak perlu Indonesia impor beras lagi. Sebab, menurutnya tidak ada tempat lagi untuk menyimpan beras.
Perum Bulog menyewa beberapa gudang untuk menyimpan beras. Biaya menyimpan beras tersebut mencapai Rp 45 miliar.
"Sewa biayanya nggak sedikit, ada yang Rp 90.000 ribu per ton, per hari, per meter. Ada juga yang Rp 70.000. Total biaya sewa besar, sampai Rp 45 miliar lebih," Direktur Pengadaan Perum Bulog Bachtiar di Pasar Induk Beras Cipinang, Jakarta, Jumat (14/9/2018).
Dirut Bulog Budi Waseso menjelaskan saat ini stok beras di gudang bulog ada sebanyak 2,4 juta ton. Beras tersebut berasal dari pengadaan dalam negeri dan impor.
"Stok kita sekarang 2,4 juta ton. Itu beras lokal dan ada dari impor lama yang baru direalisasikan sekarang," kata pria yang beken disapa Buwas itu.
Buwas menambahkan gudang beras Bulog yang penuh, hingga harus sewa, menunjukkan tak perlu lagi impor beras. Apalagi, kata Buwas, saat nilai tukar dolar Amerika Serikat (AS) terhadap rupiah sedang menguat.
"Kita juga terpaksa meminjam dan menyewa gudang itu cost besar untuk Bulog. Maka nggak efisien kalau kita impor terus. Kalau ada perintah impor lalu saya harus lakukan, berarti bebannya tambah lagi. Harga jadi tambah naik karena dolar AS," tutup Buwas.
Saat ini Bulog menampung 2,4 juta ton beras dan diperkirakan akan meningkat hingga 3 juta ton di akhir tahun. Berdasarkan kondisi tersebut Bulog yakin Indonesia mampu mengekspor beras tahun depan.
Menurut Direktur Utama Perum Bulog Budi Waseso pasokan beras yang meningkat itu bisa menjadi acuan untuk ekspor tahun depan.
"Insya Allah, justru jangan-jangan tahun depan bisa ekspor (beras)," kata pria yang beken disapa Buwas itu di Pasar Induk Beras Cipinang, Jakarta, Jumat (14/9/2018).
Buwas menjelaskan saat ini gudang-gudang beras Bulog sudah penuh. Bahkan, Bulog harus menyewa gudang untuk menampung pasokan beras lokal dan impor dan biayanya sekitar Rp 45 miliar.
Oleh sebab itu, Buwas mengatakan tak perlu impor beras.
"Perintah kemarin dari Menteri Koordinator Bidang Perekonomian dan Menteri Perdagangan bahwa kami harus impor 1 juta ton, tapi kami mau taruh di mana beras itu? Kecuali Menteri Perdagangan menyiapkan gudang atau kantornya beliau mau dipakai jadi gudang beras," kata Buwas.
"Boleh kata ada perintah sampai 1 miliar ton pun kepada saya sebagai pelaksana. Tapi saya harus tahu persisi kebutuhan dan situasi seperti apa, perlu atau tidak. Insya Allah perhitungan saya sampai akhir tahun tidak perlu impor," tutur dia.
Setelah melakukan komunikasi dengan Menteri Koordinator Perekonomian dan berkoordinasi lintas kementerian, Pemerintah mengambil langkah langkah strategis untuk memastikan stabilitas harga beras dan mengupayakan penyerapan beras Bulog di pasar.
Langkah-langkah itu di antaranya, pertama Pemerintah tetap lakukan secara masif Operasi Pasar (OP) Beras di seluruh Indonesia, bekerjasama dengan pengusaha dan pemangku kepentingan lainnya.
Kedua, Pemerintah menurunkan harga beras OP dari Rp 8.750 menjadi Rp 8.250 perkilogram di tingkat pengecer. Dengan harapan di tingkat konsumen dijual di harga Rp 8.500 per kilogram.
Ketiga, Pemerintah akan masuk ke perkampungan-perkampungan untuk melakukan operasi pasar. Dan keempat, Pemerintah akan masuk ke daerah-daerah yang rendah produksi berasnya untuk memastikan harga beras terkendali.
"Ini kita lakukan karena di pasar kita temukan ada beras dijual di harga Rp 8.200, Rp 8.300, Rp 8.400/kilogram," jelas Menteri Pertanian Amran Sulaiman, setelah melakukan pengecekan stok beras di Pasar Induk Kramat Jati dan Pasar Induk Beras Cipinang (PIBC) bersama Dirut Perum Bulog Budi Waseso.
Dirut Bulog Buwas, panggilan akrab Budi Waseso, menambahkan kesulitan bersaing dengan beras lokal yang lebih murah jika melakukan OP di harga Rp 8.750.
"Kita bersaing dengan yang Rp 8.200 nggak mungkin, pasti masyarakat memilih yang lebih murah," tambah Buwas.
Sementara itu, lanjut Buwas, negara punya banyak Cadangan Beras Pemerintah (CBP) di gudang Bulog.
"Hari ini real yang tidak bergerak 2,4 juta ton," tegas Buwas.
Perum Bulog memangkas harga jual beras operasi pasar dari sebelumnya Rp 8.750/kilogram (kg) menjadi Rp 8.250/kg. Langkah itu dilakukan karena pasokan masih sulit terserap.
Menurut Direktur Utama Perum Bulog Budi Waseso (Buwas) saat ini angka realisasi operasi pasar masih di level 1.000 hingga 2.000 ton/hari. Padahal, Bulog menargetkan penyerapan hingga 15.000 ton/hari.
"Bulog menggelar operasi pasar dengan menjual beras Rp 8.750/kg, namun pasokan tersebut masih sulit terserap di pasaran," ujar Bulog di Pasar Induk Beras Cipinang, Jakarta, Jumat (14/9/2018).
Beras operasi pasar sulit terserap karena jumlah pasokan dan harga di pasaran masih melimpah.
"Jadi kita dengan Pak Mentan (Menteri Pertanian Amran Sulaiman) ambil langkah turunkan harga beras dari Bulog ke pengecer Rp 8.250/kg. Dengan begitu sampai di tingkat pembeli itu jadi Rp 8.500/kg," sambung Buwas.
Buwas menambahkan siap memasok beras tersebut ke pedagang, sehingga penyerapan beras Bulog diharapkan berjalan lancar.
"Silakan pedagang eceran hubungi Bulog langsung untuk disuplai berasnya," tutur Buwas.