Terkait hal itu, Direktur Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian Ketut Diarmita mengatakan anjloknya harga ayam dikarenakan waktu memasuki bulan Suro. Di mana kondisi tersebut mencatat permintaan pembeli menurun.
"Karena bulan Suro jadi demand (permintaan) turun," kata dia saat dihubungi detikFinance, Kamis (27/9/2018).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Lebih lanjut, ia mengungkapkan tidak ada pilihan lain bagi para peternak selain menjual ayam ke rumah potong ayam (RPA). Sebab, permintaan turun namun pasokan berlebih.
Namun, ia meyakinkan peternak bahwa kondisi tersebut hanya terjadi sementara. Pasalnya, dua minggu ke depan permintaan diprediksi akan meningkat lagi.
"Tidak ada jalan lain. Masukan ayam ke RPA, pasti naik (harga). Tunggu satu sampai dua minggu pasti naik (harga ayam)," papar dia.
Senada dengan itu, Ketua Umum Pinsar Indonesia, Singgih Januratmoko sebelumnya mengatakan rendahnya harga ayam hidup karena kebutuhan ayam turun, sedangkan pasokan ayam berlebih.
"Ini kan bulan Sura, memang biasa kebutuhan menurun. Seharusnya ini diantisipasi sejak beberapa bulan lalu. Kebutuhan nasional itu 58 juta ekor, tapi ini ada kelebihan sampai lima persen," papar dia. (dna/dna)