Di tengah perkembangan teknologi yang begitu pesat. Jadi tukang 'ngeprint' dan penjilidan pun masih mendapatkan omzet yang legit.
Hal itu dirasakan langsung oleh Budi, salah satu pemilik toko fotokopi di sekitaran Stasiun Pondok Cina, Depok, Jawa Barat.
Dia mengaku bahwa kondisi bisnis percetakan di era digital seperti searang sangat berbeda dengan 10 tahun lalu, di mana internet masih terbatas.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Yang berbeda, kata Budi, adalah laba bersih yang diterima. Perbedaan itu dikarenakan biaya operasional toko 'ngeprint' dan penjilidan sekarang lebih tinggi.
"Cuma perbedaannya hanya satu, kalau dulu sisi pengeluaran sedikit kalau sekarang banyak, seperti dari biaya operasional, bayar karyawan, sewa tempat," jelas dia.
Dia membeberkan, setiap harinya toko fotokopi dan penjilidannya berhasil mendapatkan omzet Rp 5 - Rp 6 juta. Omzet yang didapatkannya itu bukan hanya berasal dari penggandaan, 'ngeprint', dan penjilidan saja. Tetapi, berasal dari produk percetakan lainnya, serta penjualan alat-alat tulis.
Meski memiliki omzet yang masih legit, Budi mengaku akan terus beradaptasi dengan perubahan zaman yang begitu cepat, sambil memberikan layanan dan fasilitas yang baik bagi para konsumennya.
(hek/ang)