Mal Rongsok ini menjadi tumpuan hidup Nurcholis Agi dan keluarga sejak 2010 lalu. Dari Mal Rongsok ini pula, kehidupan Agi yang dulu biasa-biasa saja bisa menjadi lebih berarti. Semua itu bukan tanpa alasan, sebab dari Mal Rongsok ini agi bisa meraup penghasilan hingga Rp 200 juta per bulannya.
Agi pun bercerita bagaimana dirinya bisa membuka Mal Rongsok yang konon dinobatkan sebagai salah satu mal terunik di dunia. Sukses bersama Mal Rongsok, Agi mengaku sudah pernah menjalani berbagai bidang bisnis sebelumnya. Total, sudah 28 kali ia mencoba macam-macam bisnis selama ini.
Agi pun bercerita bagaimana dirinya bisa membuka Mal Rongsok yang konon dinobatkan sebagai salah satu mal terunik di dunia. Sukses bersama Mal Rongsok, Agi mengaku sudah pernah menjalani berbagai bidang bisnis sebelumnya. Total, sudah 28 kali ia mencoba macam-macam bisnis selama ini.
"Dulu pertama kali buka bengkel motor. Setelah bengkel motor ramai, saya tutup. Buka bengkel mobil, setelah ramai ditutup lagi, buka bengkel handphone, buka bengkel tv, buka studio musik, buka warung nasi, terus begitu sampai 28 kali bidang usaha dijalanin. Ini sekarang Mal Rongsok yang ke 28," cerita Agi.
Agi sendiri mencoba peruntungan sebagai pengusaha pada 1993, setelah ia memutuskan untuk berhenti bekerja di sebuah apotek. Agi yang merupakan lulusan SMA ini mencoba peruntungan untuk membuka usaha bengkel motor pertama kali. Sampai ia merasa sukses di usahanya itu, Agi kemudian melebarkan sayap dan membuka bisnis-bisnis baru. Begitu seterusnya.
Semua bisnis yang dijalani oleh Agi selama ini diakuinya karena perkataan seorang sahabatnya dulu. Ia pun teringat dengan kata-kata sahabatnya itu. "Karena dulu kawan saya bilang, kalau lu mau jadi orang, harus ahli dalam semua keahlian. Apapun itu, dan ahli juga dalam teorinya," kata Agi mencontohkan.
Selain senang untuk mencoba macam-macam bisnis, ternyata Agi juga punya hobi yang cukup unik, yakni 'nongkrong' di tempat rongsokan sejak masih muda. Saat ditanya mengapa punya hobi seperti itu, dia pun agak sukar menjawabnya. "Nggak tahu, hobi aja. Suka barang-barang bekas," akunya.
Nah dari 'nongkrong' di tempat rongsokan itu lah terbesit ide di kepala Agi untuk bisa membangun tempat rongsokan dengan konsep pusat perbelanjaan modern. "Hobi nongkrong di tempat rongsokan, kemudian nongkrong di mal. Jadi kalau punya duit, mau buka ah mal tapi rongsok. Jadi mal rongsok," katanya sambil sedikit tertawa.
Berbekal keahlian dalam memperbaiki barang-barang bekas, Agi memulai bisnis jual-beli barang bekas pada awal 2000-an. Saat itu, nama tokonya adalah 'Adi Electronic' yang fokus di penjualan barang elektronik bekas.
Seiring waktu berjalan, barang-barang yang ada di toko tersebut menjadi berkali-kali lipat jumlahnya. Agi menuturkan, hal itu terjadi begitu saja tanpa mengeluarkan banyak uang. "Dulu cuma modalnya Rp 100.000 saja. Pakai barang-barang yang pernah diservis, diputar saja terus duitnya, lama-lama kan jadi banyak," kata Agi.
Menurut Agi, sebenarnya tak sulit untuk membuka bisnis rongsok seperti ini. Dia bilang, modal utama berbisnis barang rongsokan ini cuma satu. "Yang penting berani aja, cuma tinggal beli, trus jual. Modal berani aja. Berani ngutang. He..he," kata Agi.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Semua bisnis yang dijalani oleh Agi selama ini diakuinya karena perkataan seorang sahabatnya dulu. Ia pun teringat dengan kata-kata sahabatnya itu. "Karena dulu kawan saya bilang, kalau lu mau jadi orang, harus ahli dalam semua keahlian. Apapun itu, dan ahli juga dalam teorinya," kata Agi mencontohkan.
Selain senang untuk mencoba macam-macam bisnis, ternyata Agi juga punya hobi yang cukup unik, yakni 'nongkrong' di tempat rongsokan sejak masih muda. Saat ditanya mengapa punya hobi seperti itu, dia pun agak sukar menjawabnya. "Nggak tahu, hobi aja. Suka barang-barang bekas," akunya.
Nah dari 'nongkrong' di tempat rongsokan itu lah terbesit ide di kepala Agi untuk bisa membangun tempat rongsokan dengan konsep pusat perbelanjaan modern. "Hobi nongkrong di tempat rongsokan, kemudian nongkrong di mal. Jadi kalau punya duit, mau buka ah mal tapi rongsok. Jadi mal rongsok," katanya sambil sedikit tertawa.
Berbekal keahlian dalam memperbaiki barang-barang bekas, Agi memulai bisnis jual-beli barang bekas pada awal 2000-an. Saat itu, nama tokonya adalah 'Adi Electronic' yang fokus di penjualan barang elektronik bekas.
Seiring waktu berjalan, barang-barang yang ada di toko tersebut menjadi berkali-kali lipat jumlahnya. Agi menuturkan, hal itu terjadi begitu saja tanpa mengeluarkan banyak uang. "Dulu cuma modalnya Rp 100.000 saja. Pakai barang-barang yang pernah diservis, diputar saja terus duitnya, lama-lama kan jadi banyak," kata Agi.
Menurut Agi, sebenarnya tak sulit untuk membuka bisnis rongsok seperti ini. Dia bilang, modal utama berbisnis barang rongsokan ini cuma satu. "Yang penting berani aja, cuma tinggal beli, trus jual. Modal berani aja. Berani ngutang. He..he," kata Agi.