Defisit neraca perdagangan di bulan tersebut akan didorong oleh tingginya konsumsi saat Ramadan dan Lebaran. Itu akan mendorong permintaan impor.
"Kalau sampai Maret saya rasa (surplus) masih berlanjut karena impor masih akan kecil, (surplus hanya) untuk jangka pendek. Tapi mulai April, Mei akan defisit lagi karena di situ ada momen Lebaran ya, puasa dan Lebaran," katanya saat dihubungi detikFinance, Jakarta, Jumat (15/3/2019).
Namun, surplus di Februari bisa menjadi momentum bagi pemerintah memunculkan optimisme demi menarik investor. Pasalnya investasi ini juga menjadi solusi menyelesaikan masalah neraca perdagangan.