"Kelihatannya kerja kerasnya masih belum cukup, artinya masih perlu bekerja lebih keras lagi untuk membuat, satu ya neraca perdagangannya dan transaksi berjalannya bisa lebih konsisten, lebih baik," kata Darmin ditemui di kantornya, Jakarta Pusat, Jumat (15/3/2019).
Darmin menilai, di bulan-bulan awal tahun memang neraca perdagangan memiliki peluang lebih besar untuk mengalami surplus. Seperti pada 2018, neraca perdagangan di Maret surplus US$ 1,09 miliar dengan nilai ekspor sebesar US$ 15,58 miliar, dan impor US$ 14,49 miliar. Namun Februari tahun lalu defisit.
"Ya, yang pertama ya, neraca perdagangan ini positif walaupun tahun lalu juga bulan-bulan itu ya positif," sebutnya.
Oleh karenanya, siklus awal tahunan ini belum bisa dijadikan pijakan bahwa pemerintah bisa memastikan keberlanjutan surplus neraca perdagangan. (hek/ara)