Badan pemenangan nasionl (BPN) menjelaskan maksud dan tujuan umpatan 'ndasmu' yang dilontarkan oleh capres nomor urut 02 Prabowo Subianto.
Anggota Dewan Pakar BPN Drajad Wibowo mengatakan, umpatan tersebut bentuk kejengkelan Prabowo atas capaian ekonomi pemerintah yang selalu dinarasikan berhasil.
"Itu wujud kejengkelan Prabowo kepada narasi yang dipakai pemerintah bahwa PE 5% itu hebat. Sudah termasuk tertinggi di G20," ujar Drajad saat dihubungi detikFinance, Jakarta, Senin (8/4/2019).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Drajad menceritakan, selama tiga dekade lebih kepemimpinan Presiden Soeharto, hanya 4 kali pertumbuhan ekonomi Indonesia berada di bawah 5%. Yaitu tahun 1975, 1983, 1985 dan 1987. Itu pun, pada tahun 1975 dan 1987 angkanya 4,98% dan 4,93%.
Lebih lanjut Drajad mengungkapkan, pada tahun 1968 pertumbuhan ekonomi Indonesia sempat dua-dijit, yaitu 10,92%. Namun, itu menjadi capaian tertinggi karena setelah itu kita tidak pernah lagi dua-dijit, hanya pada tahun 1980 pernah 9,88%.
Di masa krisis dan pemilihannya, Drajad menilai angka 5% tergolong mewah setelah bangkit dari pertumbuhan yang minus 13,13% pada tahun 1998.
Bahkan, selama 10 tahun pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) selalu berusaha mencapai pertumbuhan ekonomi yang tinggi, dan tidak pernah menganggap 5% sebagai capaian yang hebat.