Tak Puas dengan 5%, Prabowo Mau Ekonomi RI Tumbuh Double Digit

Tak Puas dengan 5%, Prabowo Mau Ekonomi RI Tumbuh Double Digit

Fadhly Fauzi Rachman - detikFinance
Sabtu, 13 Apr 2019 13:55 WIB
Tak Puas dengan 5%, Prabowo Mau Ekonomi RI Tumbuh Double Digit
Foto: Kampanye Prabowo di Palembang (Prabowo-Sandi Media Center)
Jakarta - Capres nomor urut 02 Prabowo Subianto pidato kebangsaan di Surabaya Jumat kemarin. Seperti biasa, Prabowo membawakan pidato dengan menggebu-gebu.

Banyak hal yang dibahas Prabowo dalam pidatonya. Mulai dari kekayaan negara yang bocor, ketimpangan, hingga perubahan cuaca atau iklim yang mengancam tenggelamnya sejumlah wilayah di Indonesia.

Tapi dari banyak hal yang dibahas, salah satu yang menarik perhatian ialah soal pertumbuhan ekonomi. Di akhir pidatonya, Prabowo menyatakan keinginannya untuk membuat ekonomi Indonesia bisa tumbuh hingga dua digit atau double digit.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Seperti apa pernyataan Prabowo? Simak berita lengkapnya dirangkum detikFinance, Sabtu (13/4/2019).

Ingin Ekonomi RI Double Digit

Foto: ANTARA FOTO
Awalnya, Prabowo berbicara dengan tegas bahwa dirinya bukan orang yang pesimis. Prabowo mengaku sebagai pihak yang optimis.

"Tidak benar kita pesimis, kita yang optimis!" tegas Prabowo dalam acara Pidato Kebangsaan di Dyandra Convention Center, Surabaya, Jawa Timur, Jumat (12/4/2019).

Prabowo lantas menyinggung soal pertumbuhan ekonomi Indonesia yang stagnan di level 5%. Dia mengaku tak puas dengan capaian itu.

"Mereka mungkin puas dengan 5% pertumbuhan. Kita tidak puas," ucapnya.

Setelah itu, Prabowo mengaku ingin agar ekonomi Indonesia bisa tumbuh hingga double digit.

"Kita mau pertumbuhan double digit. Kita tidak mau jadi kacung bangsa lain," tutup Prabowo.

Sandiaga Ingin Ekonomi Tumbuh 6,5%

Foto: Raja Adil/detikcom
Beda dengan Prabowo, sebelumnya Sang cawapres yakni Sandiaga Uno juga berjanji jika terpilih akan berupaya menaikkan pertumbuhan ekonomi, tapi tak sampai double digit. Sandiaga janji agar ekonomi bisa tumbuh menjadi 6,5% dalam 2 tahun.

"Prabowo-Sandi berkomitmen untuk menghadirkan pertumbuhan 6 sampe 6,5% dalam 2 tahun pertama. Dengan sebuah reformasi struktural khusus di bidang industri yang selama ini belum tersentuh reformasi seperti sektor pertanian, sektor manufaktur, dan sektor perumahan rakyat," kata Sandiaga di Resto Batik Kuring SCBD, Jakarta Selatan, Rabu (10/4).

Sandiaga meyakini tiga sektor yang disebutkan tadi mampu menopang pertumbuhan ekonomi RI dan mengundang para investor. Dengan begitu, sebut dia, investasi mampu menggerakkan ekonomi yang berujung pada penciptaan lapangan kerja.

Eks Wagub DKI Jakarta itu menganggap pemerintah saat ini terjebak dengan pertumbuhan ekonomi yang jalan di tempat di angka 5% dari target 7%. Sandiaga menyebut terkait pertumbuhan ekonomi yang tidak sampai target itu yang nanti akan diangkat dalam debat pamungkas 13 April.

"Kami akan kembali menegaskan komitmen kami untuk mengundang investasi masuk karena lapangan pekerjaan itu akan dihasilkan dengan investasi yang masuk. Tentunya investasi yang melibatkan dunia usaha," paparnya.

"Investasi yang akan menggerakkan perekonomian yang berujung kepada terciptanya lapangan kerja bagi rakyat dan juga kestabilan harga bahan pokok," sambung Sandiaga.

Ekonom Sebut Prabowo-Sandiaga Mimpi di Siang Bolong

Foto: Deni Prastyo Utomo
Menanggapi hal tersebut, ekonom INDEF Bhima Yudhistira Adhinegara menjelaskan jika janji Sandiaga Uno 6,5% saja bagai mimpi di siang bolong, maka sulit untuk pertumbuhan double digit.

"Kalau 6,5% saja seperti mimpi di siang bolong, apalagi untuk double digit. Daripada mimpi lebih baik susun kebijakan yang terukur," kata Bhima saat dihubungi detikFinance.

Bhima menjelaskan, daripada capres berjanji terlalu tinggi lebih baik membuat langkah konkret, terkait apa yang dibutuhkan saat ini oleh Indonesia.

"Daripada pertumbuhan yang terlalu tinggi dan terlalu muluk. Kalau tidak tercapai juga bisa mengecewakan banyak orang dan itu juga pengaruh ke ekspektasi investor," imbuh dia.

Menurut Bhima jangan hanya angka yang dibicarakan, karena untuk pertumbuhan ekonomi di atas 5% saja membutuhkan pertumbuhan manufaktur yang baik, insentif fiskal yang baik, substitusi impor yang tepat.

Kemudian juga pemerintah harus mengelola sumber ekonomi baru seperti ekonomi digital, sektor pariwisata. "Sekarang ini kalau hanya menggunakan APBN akan sangat sulit untuk genjot pertumbuhan ekonomi. Yang dibutuhkan adalah bagaimana kerja sama dengan pelaku, kebijakan fiskal hingga stimulus untuk pelaku usaha," kata dia.

Misalnya memberikan izin BUMN untuk menggandeng pihak swasta ketika membangun infrastruktur. Hal ini agar tercipta pertumbuhan ekonomi dari kerja sama dua sektor tersebut.

Dia menambahkan saat ini di dunia yang setara dengan Indonesia tak ada yang memiliki pertumbuhan ekonomi hingga double digit.

"Mungkin ada negara lain yang pertumbuhan ekonominya tinggi, tapi tidak bisa disandingkan dengan Indonesia. China dan India saja pertumbuhan ekonominya di kisaran 6,5%," ujarnya.

Halaman 2 dari 4
(fdl/ara)
Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads