Irma telah 20 tahun menjadi penjual uang receh alias 'inang-inang' di Jakarta. Pekerjaannya tersebut telah membawanya berhasil bertahan hidup dan membesarkan anak-anaknya di ibu kota.
Dia bilang awalnya ia bekerja menjadi penukar uang receh lantaran diajak oleh temannya yang lebih dulu melakoni profesi serupa. Jasa penukaran uang receh dilakukan lantaran bank saat itu memiliki keterbatasan waktu penukaran uang.
Lokasi Kota Tua sendiri identik dengan 'markas' inang-inang lantaran aktivitas penukaran uang dari inang-inang berawal dari lokasi di dekat Museum Bank Indonesia (BI) yang ada di Kota.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Alhasil, bisnis yang dijalankan pun berlanjut hingga menjadi pekerjaan sehari-hari. Jasa penukaran uang juga dibutuhkan untuk kegiatan-kegiatan para pengusaha kelontong, pertokoan hingga hajatan.
"Kalau hari biasa toko-toko atau yang pesta-pesta," kata Irma.
Kini jasa inang-inang semakin marak. Tak cuma ibu-ibu, para pria juga ada yang menawarkan jasa serupa. "Biasanya itu kerabat-kerabatnya (inang-inang) juga. Anaknya atau saudaranya," kata Irma.