Pakar Bisnis dari Universitas Indonesia Rhenald Kasali mengatakan bisnis lawas seperti reparasi dan jual-beli tv jadul sulit untuk bisa bertahan ke depannya.
"Bertahan sih nggak ya, mereka hanya menyelesaikan sisa-sisa hidup saja. Contohnya koran sekarang kan tidak ada pendapatannya. Pendapatan dari jualan koran nggak ada, bukan sebagai yang utama. Tapi masih ada orang yang beli. Sama juga dengan barang-barang jadul seperti televisi, cuma masih ada yang koleksi saja mungkin," kata Rhenald.
Rhenald mengatakan, tv tabung sekarang ini bukan sebagai perangkat yang menemani generasi baru. Menurutnya, hanya orang-orang tua yang kebanyakan masih menggunakan perangkat tersebut.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Lebih lanjut Rhenald menilai, bahwa kebanyakan yang masih menjalankan profesi di bidang tv jadul ini ialah orang tua. Mereka, kata Rhenald, dinilai sulit untuk bisa mengikuti perkembangan zaman dan mencari peluang di bisnis lainnya.
"Pasti ahli-ahlinya orang-orang tua juga, jadi mereka hanya punya keahlian seperti reparasi itu. Jadi mereka tidak mudah untuk switch, jadi mereka tergerus dengan zaman. Mereka cuma bisa menunggu hingga tergerus saja," katanya.
"Dalam pandangannya saja orang jadul, tetap jadul, hanya manggut-manggut, contoh mudahnya misal pemakaian WhatsApp, mereka pasti kesusahan untuk menggunakannya. Kalau pun ada, yang menginstall pasti orang lain," sambung Rhenald.
Sementara, tambah Rhenald, bila masih ada anak muda yang menjalankan profesi ini disarankan untuk mulai mencari keahlian baru mengikuti perkembangan zaman. Anak muda dinilai masih punya kesempatan yang lebih baik dalam mencoba hal baru.
"Kalau dia pelaku usahanya masih muda harus bisa berpindah. Jadi memang harus ikuti zaman, misalnya dia sekarang reparasi tv tabung, nah itu harus bisa belajar bagaimana memperbaiki tv led atau lcd yang tipis-tipis. Kalau tidak begitu, sulit dia bertahan," tutupnya. (fdl/dna)
Simak Video "Video Transmart Full Day Sale Hadir Lagi, TV Banting Harga!"
[Gambas:Video 20detik]