Defisit APBN hingga akhir tahun 2019 diperkirakan mencapai Rp 310,81 triliun atau 1,93% dari PDB. Angka ini lebih tinggi dibanding dalam APBN 2019 sebesar Rp 296,00 triliun atau sebesar 1,84% dari PDB.
"Dengan outlook belanja dan pendapatan sampai akhir tahun kami perkirakan defisit anggaran 1,93% dari GDP," kata Sri Mulyani.
Pembiayaan untuk menutup defisit di tahun 2019 diperkirakan tembus Rp 310,81 triliun atau sebanyak 105% dari APBN Rp 296,00 triliun.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dia mengatakan, defisit ini lebih tinggi dari target APBN karena penerimaan yang lebih rendah karena tekanan ekonomi.
"Sedikit lebih tinggi dari defisit yang dianggarkan dalam undang-undang walaupun tidak terdevaluasi terlalu jauh, ini akibat tren pelemahan penerimaan dengan perekonomian yang mengalami tekanan," paparnya.
Lantas, apakah pemerintah akan menambah utang lagi? Sri Mulyani tak menjawab secara tegas saat dikonfirmasi.
"Jadi untuk 1,93% dari GDP kalau dilihat dari defisitnya memang dibandingkan Rp 296 triliun ke Rp 310,8 triliun namun dari sisi issuance kan Rp 296 triliun terhadap pembiayaan ke Rp 310,8 triliun jadi tidak masalah, tidak terlalu terjadi deviasi dari sisi pembiayaan yang menimbulkan persoalan yang signifikan dalam pembiayaan dari defisit kita yang meningkat lebih sedikit dibandingkan UU APBN," ujarnya. (ang/ang)
Simak Video "Video: Sri Mulyani Sebut APBN Bulan Mei Defisit Rp 21 T"
[Gambas:Video 20detik]