Pria yang akrab disapa Kecuk ini mengatakan, impor migas melonjak tinggi terutama terjadi pada hasil minyak. Impornya tercatat US$ 1,07 miliar sedangkan ekspornya US$ 384,2 juta atau terdapat selisih US$ 687,2 juta.
Penyebab selanjutnya adalah impor minyak mentah yang sebesar US$ 485,5 juta dibandingkan ekspornya US$ 181,1 juta. Sedangkan untuk gas masih surplus US$ 849,2 juta karena nilai ekspor US$ 1,04 miliar dan impornya US$ 191,1 juta.
"Kalau dilacak ke dalam adalah impor minyak mentah dan hasil minyak, karena gas masih alami kenaikan, non migas juga masih surplus," jelas dia.