Duh! Pabrik Tekstil Mulai PHK Ratusan Karyawan

Duh! Pabrik Tekstil Mulai PHK Ratusan Karyawan

Trio Hamdani - detikFinance
Sabtu, 28 Sep 2019 10:30 WIB
1.

Duh! Pabrik Tekstil Mulai PHK Ratusan Karyawan

Duh! Pabrik Tekstil Mulai PHK Ratusan Karyawan
Ilustrsi. Foto: ANTARA FOTO/Adeng Bustomi
Jakarta - Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) menjelaskan bahwa industri sektor tekstil dan produk tekstil (TPT) tengah mengalami gempuran produk impor sehingga membuat pengusaha dalam negeri tertekan. Bahkan ada yang sampai harus merumahkan karyawan hingga PHK.

Kondisi tersebut diperparah dengan ada faktor lain yang ikut menekan industri tekstil, yaitu melemahnya daya beli masyarakat. Bagaimana kedua hal itu mempengaruhi industri tekstil?

Berikut informasi selengkapnya.
Industri tekstil dan produk tekstil (TPT) semakin tertekan. Penyebabnya adalah impor produk kain sehingga banyak industri tertekan yang harus merumahkan karyawan dan PHK sepanjang tahun ini.

Wakil Sekretaris Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) Jawa Barat Rizal Tanzil mengatakan, berdasarkan penelusuran timnya di dua pabrik tekstil yang memproduksi kain di Cisirung dan Majalaya Kabupaten Bandung pekan lalu, hasilnya memang cukup miris. Dua pabrik tersebut kini hanya memproduksi dengan kapasitas yang sangat minim.

"Ada yang produksi dengan utilisasi hanya 40% dan 25%, padahal bila normal utilisasi sampai 80% dari kapasitas terpasang," kata Rizal dikutip dari CNBC Indonesia, Jumat (27/9/2019).

Namun pemilik kedua pabrik tersebut tak mau disebutkan identitasnya, mereka hanya mau buka-bukaan soal kondisi bisnisnya yang sedang sakit. Dia mengatakan produksi kain dari dua pabrik tersebut menumpuk di gudang-gudang lantaran tak ada pesanan.

"Testimoni dari manajer pabrik, 'saya sudah kerja 30 tahun lebih, baru tahun ini parah hanya seperempat mesin yang jalan'," ujar Rizal menirukan.

Kata dia, tekanan terhadap dua pabrik tersebut sudah terjadi sejak dua tahun terakhir dan puncaknya adalah jelang tutup tahun 2019.

Awalnya ada pabrik yang punya pekerja mencapai 1.200 orang lalu menyusut tinggal 500 orang saja. Lalu ada pabrik yang awalnya punya pekerja 600 orang kini hanya menyisakan 100 pekerja.

Ketua Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) Ade Sudrajat mengatakan, tertekannya pabrik tekstil lantaran daya beli masyarakat yang mengalami penurunan.

"Bukan saja disebabkan oleh impor barang tapi juga lebih banyak oleh daya beli masyarakat kita juga yang turun," kata dia kepada detikcom, Jumat (27/9/2019).

Turunnya daya beli masyarakat, menurutnya dipengaruhi anjloknya harga sejumlah komoditas. Ini membuat produk tekstil tak lagi jadi prioritas.

"Dikarenakan harga komoditi di masyarakat turun seperti karet, kopi dan lain sebagainya turun semua sehingga tekstil ini nggak menjadi kebutuhan prioritas dan tentu bisa ditinggalkan," jelasnya.

Tekanan terhadap industri tekstil tidak dialami secara merata oleh seluruh pelaku industri. Namun dia belum mengetahui secara pasti penyebab rontoknya pabrik tekstil seperti yang terjadi di Jawa Barat baru-baru ini.

"Saya belum dapat berita yang akurat tentang dua pabrik ini. Jadi data-datanya ya kurang tahu saya persisnya. Yang jelas ini tidak merata, tentu ini kan hanya untuk perusahaan-perusahaan yang berorientasi pasar domestik. Kalau yang ekspor naik malahan," tambahnya.

Hide Ads