Kisruh Hubungan Garuda Indonesia-Sriwijaya Air

Round-Up 5 Berita Terpopuler

Kisruh Hubungan Garuda Indonesia-Sriwijaya Air

Anisa Indraini, Achmad Dwi Afriyadi - detikFinance
Kamis, 07 Nov 2019 21:00 WIB
Kisruh Hubungan Garuda Indonesia-Sriwijaya Air
Foto: Hendra Kusuma
Jakarta - Berita terpopuler detikFinance Kamis (7/11/2019) adalah kisruh Garuda Indonesia dan Sriwijaya Air. Hubungan kerja sama Garuda dan Sriwijaya Air merenggang setelah pihak Garuda Indonesia mengumumkan keluarnya Sriwijaya Air dari grup perusahaan.

Informasi itu terkuak melalui pesan berantai Direktur Pemeliharaan & Layanan Garuda Indonesia, Iwan Joeniarto. Mau tahu informasi selengkapnya? Baca 5 berita terpopuler detikFinance berikut ini:
Pihak PT Sriwijaya Air akhirnya buka suara mengenai kisruh dengan PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk. Menurut Sriwijaya, kerja sama yang dibangun selama ini tak menguntungkan Sriwijaya justru menambah beban.

Kuasa sekaligus salah satu pemegang sahan Sriwijaya, Yusril Ihza Mahendra mengatakan, kisruh terjadi karena perjanjian selama ini tidak jelas. Kemudian, pihak Garuda terlalu melakukan intervensi pada manajemen Sriwijaya.

"Memang terdapat banyak kendala dan kekisruhan kerjasama ini yang menurut hemat saya, sebenarnya berawal dari ketidakjelasan perjanjian awal yang dibuat lebih setahun lalu. Sehingga terjadi salah-menyalahkan. Jadi pihak Sriwijaya merasa bahwa dominasi Garuda terlalu jauh intervensinya kepada Sriwijaya," katanya di Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Jakarta, Kamis (7/11/2019).

Dia bilang, kerja sama yang mulanya dibangun untuk meningkatkan kinerja Sriwijaya justru membuatnya tambah ambruk. Lantaran, manajemen Sriwijaya dibuat tidak efisien.

Baca selengkapnya di sini: Yusril Buka-bukaan soal Kisruh Garuda-Sriwijaya

Manajemen PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk buka suara mengenai kabar perceraian dengan PT Sriwijaya Air. Kabar perceraian terkuak lantaran pesan Direktur Pemeliharaan & Layanan Garuda Indonesia, Iwan Joeniarto mengenai hubungan bisnis dengan Sriwijaya tersebar ke awak media.

VP Corporate Secretary Garuda Indonesia M Ikhsan Rosan menjelaskan, pesan atau surat itu sebenarnya ditujukan ke perusahaan pembiayaan (lessor) atau pemilik yang menyewakan pesawat yang mempertanyakan hubungan dengan Sriwijaya.

"Sebenarnya itu memang informasi kepada lessor. Jadi lessor nanya ke kita, bagaimana kerja sama kita dengan Sriwijaya. Penjelasan itu kita sampaikan bahwa ya kaitan hubungan sama lessor itu menjadi tanggung jawab sendiri oleh Sriwijaya," katanya kepada detikcom, Kamis (7/11/2019).

Baca selengkapnya di sini: Terungkap! Ini Alasan Garuda 'Cerai' dengan Sriwijaya

Hubungan PT Garuda Indonesia Tbk dan PT Sriwijaya Air kembali merenggang. Pihak Garuda Indonesia resmi mengumumkan keluarnya Sriwijaya Air dari grup perusahaan.

Informasi itu terkuak melalui pesan berantai Direktur Pemeliharaan & Layanan Garuda Indonesia, Iwan Joeniarto. Dia selain mengirimkan informasi keluarnya Sriwijaya Air juga mengumumkan instruksi operasional.

Dalam instruksi itu dijelaskan mengenai delay untuk beberapa penerbangan Sriwijaya Air. Delay itu berpotensi batalnya penerbangan lantaran Gapura tak lagi melayani Sriwijaya dan NAM.

Penyebab berhentinya layanan itu lantaran belum dipenuhinya kewajiban transfer top up cash basis oleh Sriwijaya Air.

Baca selengkapnya di sini: Inikah Penyebab Garuda dan Sriwijaya 'Cerai' Kedua Kalinya?

Pengelola Bandara Soekarno-Hatta (Soetta), PT Angkasa Pura II mencatat 15 penerbangan Sriwijaya Air batal terbang. Penumpang pun diberikan dua pilihan, yaitu pengembalian dana pembelian tiket atau dialihkan ke penerbangan NAM Air.

Senior Manager of Branch Communication & Legal Bandara Soetta Angkasa Pura II, Febri Toga Simatupang menjelaskan pilihan dikembalikan ke calon penumpang.

"Sebagian dialihkan ke flight NAM Air. Jadi sebagian sudah dialihkan, sebagian juga sudah refund. Jadi tergantung penumpangnya, dia mau balik ke rumah nggak jadi (terbang), dibatalkan atau dia mau dialihkan ke NAM Air," katanya saat dihubungi detikcom, Jakarta, Kamis (7/11/2019).

Baca selengkapnya di sini: 15 Penerbangan Sriwijaya Dibatalkan, Penumpang Dialihkan ke NAM Air

Perusahaan konstruksi asal China, China Railway Construction (CRC) akan membangun proyek properti besar senilai US$ 1,6 miliar setara Rp 22,4 triliun (kurs: Rp 14.000/dolar AS) di Jonggol. China Railway akan bekerja sama dengan pengembang lokal, PT Sentul City.

Kerja sama keduanya meliputi desain dan pembangunan 30.000 unit rumah di Jonggol, Jawa Barat dilengkapi dengan jaringan jalan, bendungan dan jaringan pemeliharaan air.

Dikutip dari media China, Yicai Global, Kamis (7/11/2019), proyek tersebut akan dilakukan dalam dua fase, selama 4 dan 5 tahun masing-masing. Kontrak yang didapat dari CRC tersebut setara dengan 1,55% dari pendapatan perusahaan tahun lalu.

Baca selengkapnya di sini: Perusahaan China Bangun Kota Mandiri Rp 22 T di Jonggol

Hide Ads