Berat! Neraca Dagang RI Masih Jauh dari Surplus

Berat! Neraca Dagang RI Masih Jauh dari Surplus

Hendra Kusuma - detikFinance
Sabtu, 16 Nov 2019 07:30 WIB
1.

Berat! Neraca Dagang RI Masih Jauh dari Surplus

Berat! Neraca Dagang RI Masih Jauh dari Surplus
Ilustrasi ekspor impor/Foto: agung pambudhy
Jakarta - Kondisi neraca perdagangan Indonesia masih jauh dari surplus. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) secara kumulatif dari Januari hingga Oktober tercatat masih tekor alias defisit.

Realisasi kumulatif dari Januari-Oktober 2019 tercatat neraca perdagangan Indonesia defisit US$ 1,79 milar. Di mana total ekspornya US$ 139,1 miliar dan impornya US$ 140,8 miliar.

Sehingga, di beberapa bulan menjelang akhir tahun sulit bagi Pemerintah membalikkan angka defisit menjadi surplus. Berikut ini ulasan lengkapnya
Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan neraca perdagangan Indonesia per Oktober 2019 mengalami surplus US$ 161,3 juta. Hal itu didapat karena nilai ekspor sebesar US$ 14,93 miliar dan impor US$ 14,77 miliar.

Sedangkan realisasi kumulatif dari Januari-Oktober 2019 tercatat neraca perdagangan Indonesia defisit US$ 1,79 milar. Di mana total ekspornya US$ 139,1 miliar dan impornya US$ 140,8 miliar.

BPS mencatat bahwa tekor neraca dagang dikarenakan impor migas. Secara kumulatif sektor migas juga masih defisit sebesar US$ 7,27 miliar. Sementara sektor non migas tercatat surplus US$ 5,48 miliar.

Kinerja neraca perdagangan Indonesia dinilai masih sulit berbalik arah menjadi surplus hingga akhir tahun 2019. Pasalnya, hingga Oktober tahun ini masih defisit sebesar US$ 1,79 miliar.

"Hasil kinerja neraca perdagangan bulan Oktober ini saya kira masih menjadi catatan bagi pemerintah. Di tengah kondisi perlambatan global saat ini tidak akan mudah membalikkan neraca perdagangan untuk kembali surplus," kata Direktur Riset CORE Indonesia, Piter Abdullah saat dihubungi detikcom, Jakarta, Jumat (15/11/2019).

Menurut Piter, sulitnya neraca perdagangan Indonesia berbalik menjadi surplus juga dikarenakan masih gemar mengimpor bahan baku dan barang modal yang selama ini digunakan untuk berbagai sektor, salah satunya pembangunan infrastruktur.

Hanya saja, Piter mengungkapkan bahwa Pemerintah masih bisa menekan angka defisit neraca perdagangan dengan berbagai program yang sudah dijalankan, seperti mandatori biodiesel.

Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan neraca perdagangan Indonesia per Oktober 2019 mengalami surplus US$ 1601,3 juta. Hal itu didapat karena nilai ekspor sebesar US$ 14,93 miliar dan impor US$ 14,77 miliar.

Capaian neraca perdagangan yang surplus per Oktober tahun ini di luar perkiraan. Pasalnya, sudah beberapa bulan mengalami defisit alias tekor. Lalu, ekonomi Indonesia juga terdampak oleh perlambatan perekonomian dunia.

"Surplusnya neraca perdagangan di luar perkiraan. Tapi tentunya kita syukuri karena bisa mengurangi defisit neraca perdagangan untuk keseluruhan tahun 2019 yang sampai September sudah mencapai 2 miliar dolar," kata Direktur Riset CORE Indonesia, Piter Abdullah saat dihubungi detikcom, Jakarta, Jumat (15/11/2019).

Piter menjalaskan, capaian kinerja neraca perdagangan yang surplus per Oktober 2019 juga bukan karena kinerja ekspor moncer, melainkan dikarenakan kinerja impor di Oktober mengalami penurunan yang sangat dalam.

Total impor Indonesia sepanjang Oktober 2019 sebesar US$ 14,77 miliar atau turun 16,39% dibanding Oktober 2018. Sementara dibandingkan dengan September 2019, impor bulan ini naik tipis 3,57%.

Hide Ads