Chatib mengatakan, jika The Fed menurunkan suku bunga acuannya, maka modal asing akan pindah ke negara berkembang seperti Indonesia. Implikasinya, maka nilai tukar rupiah stabil.
"Kalau Fed turunkan bunga, modal ke negara berkembang, rupiah stabil, pasar uang stabil, bank turunkan bunga," kata Chatib dalam acara Dialog APBN untuk Indonesia Maju di Kementerian Keuangan, Jakarta Pusat, Selasa (10/12/2019).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Jika The Fed tak menaikkan bunga acuannya yang saat ini berada di level 1,50-1,75%, apakah Bank Indonesia (BI) akan menurunkan bunga acuannya?
"Tergantung Fed turunkan bunga dan inflasi. Kalau dua-duanya terpenuhi, bank punya peluang turunkan bunga," tambahnya.
Pertanyaan selanjutnya adalah jika BI menurunkan bunga acuan, apakah ekonomi akan semakin menggeliat? Belum tentu.
Penurunan suku bunga acuan BI yang akan diikuti penurunan bunga kredit tidak serta merta membuat permintaan kredit meningkat.
"Bunga turun tapi orang nggak ambil kredit karena buat apa saya ambil kredit dari bank kalau barang yang saya jual tidak ada yang beli. Kalau nggak ada permintaan buat apa saya ambil kredit," katanya.
Jika The Fed menaikkan bunga acuannya, maka Indonesia akan berdampak. Bank sentral AS diperkirakan menaikkan bunga acuannya di 2021-2022. Kenaikan bunga acuan AS diperkirakan berdampak pada gejolak nilai tukar rupiah.
"Fed kapan naikkan bunga? Survei FOMC 2019-2020 bunga Fed masih akan flat. 2021-2022 itu surveinya menunjukkan tingkat bunganya akan naik lagi," katanya.
(ara/eds)