Jakarta - Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Wishnutama Kusubandio menyatakan harga tiket pesawat masih mahal. Dia juga menyatakan hal ini sudah berkali-kali dikeluhkan para wisatawan.
"Ya memang kenyataannya begitu (tiket mahal), wajar saja kalau wisatawan mengeluh. Masih ada keluhan memang," kata Wishnutama usai rapat Danau Toba di Kantor Kemenko Maritim dan Investasi, Jakarta Pusat, Senin (23/12/2019).
Dia mengatakan akan bekerja keras agar harga tiket bisa lebih terjangkau bagi masyarakat.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Ada beberapa masalah yang harus kita perbaiki ya. Tapi kami akan berusaha sekeras mungkin supaya harga tiket jauh lebih terjangkau," kata Wishnutama.
Wishnutama juga mengatakan dirinya sudah sering berbicara dengan Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi. Dia mengatakan banyak faktor yang menjadi tingginya harga tiket, salah satunya adalah harga avtur.
"Saya sudah sering diskusi dengan Pak Menhub. Karena kan concern juga saya sebagai Menpar di harga tiket, Pak Menhub juga concern, tapi banyak faktor-faktor lah. Saya mesti diskusi dengan Menteri BUMN dan Garuda soal harga avtur," ungkap Wishnutama.
Selain Wishnutama, pengusaha biro perjalanan juga ngeluh tiket pesawat mahal. Baca halaman selanjutnya.
Curhat Biro Perjalanan
Sekretaris Jenderal Astindo Pauline Suharno sepakat harga tiket pesawat memang masih mahal.
"Betul, iya masih mahal memang tiket domestik ya," kata dia saat dihubungi detikcom, Jumat (27/12/2019).
Dia menjelaskan mahalnya tiket pesawat dipicu oleh maskapai Garuda Indonesia yang tidak lagi memberlakukan tarif bervariasi alias sub kelas tarif. Artinya tidak ada lagi alokasi tarif murah dalam satu penerbangan. Kondisi tersebut akhirnya diikuti oleh maskapai-maskapai lainnya sehingga harga tiket pesawat mahalnya merata.
"Harga promonya, yang domestik ya harga promo domestik itu kelas-kelas murahnya tidak dikeluarkan, tidak dibuka. Otomatis ini kan memicu maskapai-maskapai lain. Jadi mereka ikuti, paling mereka cuma murah berapa ratus ribu dari Garuda," sebutnya.
Tingginya harga tiket pesawat menurutnya konsisten sejak tahun lalu, tepatnya November 2018.
"Nah dari mulai tahun lalu, November stagnan di batas atas terus (harga tiket pesawat). Jadi kelas promonya nggak dibuka," tambahnya.
Bagaimana respons pemerintah menanggapi keluhan tiket pesawat mahal? Langsung klik halaman selanjutnya.
Respons Kementerian Perhubungan
Kepala Biro Komunikasi dan Informasi Kemenhub Hengki Angkasawan menegaskan bahwa Kemenhub tidak punya wewenang untuk menurunkan harga tiket yang masih dikeluhkan itu.
"Iya makanya Kemenhub dari segi ini kan kami hanya menetapkan regulasi kan. Kan sudah kami sampaikan berkali-kali bahwa Kementerian Perhubungan hanya berwenang untuk menentukan tarif batas atas dan tarif batas bawah," kata dia saat dihubungi detikcom, Jumat (27/12/2019).
Dia menjelaskan bahwa tiket penerbangan pesawat berbiaya murah (low cost carrier/LCC) sejauh ini tidak ada yang melanggar tarif batas atas dan tarif batas bawah.
"Untuk kelas-kelas yang ekonomi semuanya tidak ada yang melanggar, dan semua unsur pengawasan sudah kami lakukan di 38 bandara, dan sampai saat ini tidak ada hal-hal yang dikeluhkan," ujarnya.
Namun untuk pesawat kelas bisnis, dirinya menjelaskan itu memang menjadi kewenangan pihak maskapai dalam menetapkan tarifnya. Dia juga mengatakan bahwa harga tiket maskapai dengan penerbangan LCC sudah cenderung turun harga. Ada pula yang memberikan diskon libur Nataru.
"Maskapai kalau LCC kan sudah jelas-jelas menurunkan, dan Garuda kemarin juga sudah menurunkan hampir 40% dalam rangka libur Natal dan Tahun Baru. Dan kami juga melakukan pengawasan di tiap bandara dan Alhamdulillah semua berjalan aman dan lancar," tambahnya.