World War 3 di Depan Mata? Ekonomi Bisa Gonjang-ganjing

World War 3 di Depan Mata? Ekonomi Bisa Gonjang-ganjing

Vadhia Lidyana - detikFinance
Senin, 06 Jan 2020 06:31 WIB
Foto: Ahmad AL-RUBAYE/AFP

Bayang-bayang World War 3 Terhadap Ekonomi RI

Kenaikan harga minyak mentah dunia yang dapat memicu naiknya harga sejumlah kebutuhan pokok dapat berdampak pada inflasi dan daya beli masyarakat. Tentunya, aspek ini ujung-ujungnya mempengaruhi pertumbuhan ekonomi Indonesia.

"Ini ujungnya adalah inflasi yang lebih tinggi dibanding tahun 2019. Jika tekanan pada harga kebutuhan pokok naik, ujungnya daya beli tertekan dan pertumbuhan ekonomi diprediksi merosot dibawah 4.8%," terang Bhima.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sementara itu, dampaknya di pasar keuangan yakni volatilitas yang berbahaya. Investasi seperti surat berharga bisa sangat berisiko sehingga investor memilih bermain aman.

"Kalau di pasar keuangan dampaknya adalah volatilitas yang membahayakan ekonomi dalam jangka panjang. Investor makin takut berinvestasi ke pasar negara berkembang. Ada kecenderungan makin bermain aman misalnya dengan membeli dolar atau emas. Harga emas dunia telah naik 2.19% dibandingkan tahun lalu dan dollar index menguat tipis 0.51% dalam sepekan terakhir," jelas dia.

Pemerintah harus bagaimana?

Sejumlah kemungkinan buruk terhadap perekonomian sudah membayangi Indonesia jika perang dunia ketiga meletus. Untuk itu, Bhima memberikan beberapa saran yang dapat dilakukan pemerintah demi mengantisipasi terjadinya kemungkinan-kemungkinan buruk tersebut.

Pertama, pemerintah harus bekerja keras untuk menjaga daya beli masyarakat, bahkan meningkatkannya.


"Pastikan daya beli masyarakat terjaga dengan mendorong stimulus fiskal khususnya kepada masyarakat rentan miskin dan miskin," tutur Bhima.

Kemudian, pemerintah juga perlu merevisi Asumsi Makro dalam APBN 2020 dan menyesuaikan kenaikan harga minyak mentah yang terjadi saat ini. Selain itu juga, pemerintah disarankan menambah subsidi bbm, listrik, dan LPG 3 kilogram (kg).

"Melakukan APBN perubahan 2020 agar asumsi makro khususnya harga minyak disesuaikan dan alokasi subsidi bbm listrik dan LPG 3 kg bisa ditambah," ujar Bhima.

Terakhir, membuka kesempatan bagi perusahaan-perusahaan di Indonesia meminjam utang dengan valas.

"Mendorong korporasi yang meminjam utang dengan valas agar melakukan lindung nilai atau hedging, antisipasi pelemahan kurs rupiah," tandasnya.


(ang/ang)

Hide Ads