Jakarta - Belakangan ini, perairan
Natuna di Kepulauan Riau (Kepri) menjadi topik pembahasan khalayak banyak lantaran kapal-kapal nelayan China wira-wiri di wilayah tersebut tanpa izin. Persoalan tersebut masih menjadi perdebatan lantaran menyangkut kedaulatan nasional.
Karena kegiatan tersebut, hubungan Indonesia dengan China pun mulai memanas. Sebab bagi Indonesia ini menyangkut kedaulatan nasional. Belum lagi China pun mengirimkan kapal coast guard.
Natuna memang dianggap 'seksi' karena memiliki banyak harta karun melimpah. Mulai dari sumber daya air hingga energi. Catatan
detikcom, Sabtu (11/1/2020), untuk cadangan minyaknya saja diperkirakan mencapai 36 juta barel.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sumber daya airnya juga sangat melimpah, tercatat Natuna menyimpan beragam potensi hasil laut, mulai dari cumi-cumi, lobster, kepiting, hingga rajungan.
Guna menjaga Natuna yang 'seksi', Jokowi pun mengajak Jepang dan Amerika Serikat (AS) untuk berinvestasi di sana. Orang nomor satu di Indonesia ini sudah bertemu langsung dengan Menteri Luar Negeri Jepang Toshimitsu Motegi dan CEO International Development Finance Corporation (DFC) Adam Boehler di Istana Merdeka, Jakarta Pusat, kemarin.
Dalam pertemuan itu, Jokowi menawarkan langsung kepada Toshimitsu Motegi untuk berinvestasi di Natuna. Investasi yang ditawarkan adalah melanjutkan pembangunan sentra kelautan dan perikanan terpadu di sana.
"Yang Mulia, Jepang adalah salah satu mitra utama Indonesia. Dan saya tahu, setelah ini yang mulia akan melakukan pertemuan dengan menteri luar negeri Indonesia membahas kerja sama bilateral secara lebih detail," kata Jokowi di Istana Merdeka, Jakarta, Jumat (10/1/2020).
"Namun izinkan saya, menyampaikan beberapa hal berkaitan dengan prioritas Indonesia terkait dengan Jepang. Yang pertama, di bidang investasi. Saya ingin mengajak Jepang untuk melakukan investasi di Natuna," jelas dia.
Menurut Menteri Luar Negeri Retno Marsudi, pihak Jepang pun berkomitmen untuk berinvestasi di Natuna. Bahkan negeri matahari terbit ini akan masuk ke pulau terluar lairnya untuk sektor kelautan dan perikanan.
"Saya bicara mengenai masalah penguatan perikanan di Indonesia, termasuk di pulau-pulau terluar, termasuk di Kepulauan Natuna," kata Retno di komplek Istana Kepresidenan, Jakarta, Jumat (10/1/2020).
Retno bilang, investasi Jepang di sektor perikanan merupakan komitmen lama negara matahari terbit ini. Sehingga dalam pertemuan antara Presiden Jokowi dengan Menteri Luar Negeri Jepang Toshimitsu Motegi dibahas kembali.
"Jadi responsnya Jepang ya sangat positif dan akan diperkuat. Karena kita dengan Jepang hubungannya sangat intenstif. Jadi saya yakin bahwa setelah pembicaraan ini, akan ada tim teknis yang akan ke Indonesia membahas mengenai ini," jelas dia.
Sedangkan dengan AS, Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan mengatakan akan membahas sejumlah proyek dengan pihak IDFC. IDFC adalah lembaga pembiayaan investasi bentukan Pemerintah Amerika Serikat (AS) yang didirikan pada 2019, dan berkantor pusat di Washington DC.
Menurut sejumlah pengamat internasional, IDFC dibangun untuk menyaingi program investasi besar-besaran China ke luar negeri, OBOR alias One Belt One Read. Adapun, proyek yang akan dibahas antara lain proyek tol di Pulau Jawa dan Sumatera hingga proyek perikanan di Natuna.
"Sudah ada beberapa proyek yang segera dilihat dan didiskusikan detail seperti tol road di Jawa, dikombinasikan dengan tol road di Sumatera, dan juga mungkin turis, mungkin juga investasi ikan di Natuna. Atau juga mungkin hydropower di Kalimantan Utara. Jadi banyak sekali sekarang yang kita mau diskusikan dan kita segera maju," tutur Luhut di Istana Presiden, Jakarta, Jumat (10/1/2020).