2. Apa yang Berubah dari Inggris yang Cerai dari UE?
Di masa transisi hingga 11 bulan ke depan, UK masih harus menaati kebijakan dan pengadilan UE. Dalam masa transisi ini, UK harus mencari kesepakatan terbaik dengan UE. Direktur Riset Center of Reforms on Economics (CORE) Piter Abdullah Redjalam menilai, masa transisi ini justru akan menimbulkan ketidakpastian terhadap perekonomian dunia.
"Kesepakatan lebih lanjut dari Brexit itu belum dipastikan. Ya seperti apa posisi dari UK itu setelah Brexit. Bagaimana posisinya, bagaimana hubungannya dengan perekonomian Eropa. Kesepakatan-kesepakatan itu belum final. Yang sudah disepakati itu Inggris ke luar dari Eropa. Tapi bagaimana keluarnya itu belum disepakati. Mekanisme seperti apa. Itu lah yang menimbulkan ketidakpastian," kata Piter kepada detikcom, Sabtu (1/2/2020).
Selain itu, menurutnya lalu lintas perdagangan, tenaga kerja, pelajar, dan sebagainya akan terganggu. Pasalnya, di bawah aturan UE, warga UK bebas bepergian ke Benua Eropa itu tanpa harus memiliki visa. Begitu juga dengan bebasnya pergerakan modal, barang, dab jasa.
"Berarti kan akan banyak sekali ketentuan-ketentuan yang harus dilalui setiap terjadi aktivitas perdagangan, atau lalu lintas tenaga kerja, antara Inggris-eropa. Karena ini belum ada kejelasan, berarti itu ada ketidakpastian," jelas Piter.
Atas ketidakpastian ini, menurut Piter akan mengarah kepada sentimen negatif atas perekonomian dunia. Ia bahkan mengungkapkan, banyak perusahaan internasional yang memindahkan markasnya dari Inggris ke Eropa.
"Yang pasti memunculkan sentimen negatif. Karena global pasti dia akan berdampak negatif terhadap pertumbuhan ekonomi UK maupun Eropa. Ada keyakinan itu. Misalnya sekarang di Inggris, banyak perusahaan-perusahaan internasional yang sudah mengalihkan basis produksi atau kantornya dari Inggris ke Eropa. Berarti kan bagi inggris itu dampaknya negatif," imbuh dia.
Simak Video "Video: BI Sebut Daya Tahan Ekonomi RI Lebih Tinggi Dibanding AS-China"
[Gambas:Video 20detik]