Badai PHK Menerjang, Tanda Ekonomi RI Tertekan?

Badai PHK Menerjang, Tanda Ekonomi RI Tertekan?

Vadhia Lidyana - detikFinance
Selasa, 18 Feb 2020 05:38 WIB
Ilustrasi/Foto: Agung Pambudhy

PHK Massal di Daerah PHK Massal di Batam

2.500 orang di Batam, Kepulauan Riau, kehilangan pekerjaan atau mengalami pemutusan hubungan kerja (PHK) karena dua pabrik di sana tutup. Kepala Dinas Tenaga Kerja Kota Batam, Rudi Sakyakirti mengatakan dua pabrik itu ialah PT Foster Electronic Indonesia dan PT Unisem Batam.

Untuk PT Unisem jumlah karyawannya sebanyak 1.505 dengan rincian 1.127 merupakan karyawan permanen dan 358 karyawan kontrak. Rudi bilang, perusahaan, sudah merencanakan untuk menutup usahanya pada akhir September 2019.

Menurutnya, pengerjaan pesanan akan diselesaikan selama 6 bulan. Setelah itu, PT Unisem akan menutup total perusahaannya. PHK Massal di Surabaya Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Disnakertrans) Jawa Timur telah menerima laporan adanya lebih dari 2.000 pekerja di perusahaan rokok yang akan mendapatkan PHK) pada tahun depan.

Kepala Disnakertrans Jatim Himawan Estu Bagijo mengatakan ada pabrik yang akan mem-PHK karyawannya yakni dari pabrik rokok Sigaret Kretek Tangan yang berlokasi di Kletek, Sidoarjo. PHK Massal Industri Tekstil Industri tekstil dan produk tekstil (TPT) dikabarkan melakukan PHK besar-besar. Penyebabnya lantaran maraknya impor produk kain.

Wakil Sekretaris Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) Jawa Barat Rizal Tanzil mengatakan, berdasarkan penelusuran timnya di dua pabrik tekstil yang memproduksi kain di Cisirung dan Majalaya Kabupaten Bandung pekan lalu, hasilnya memang cukup miris. Dua pabrik tersebut kini hanya memproduksi dengan kapasitas yang sangat minim.

"Ada yang produksi dengan utilisasi hanya 40% dan 25%, padahal bila normal utilisasi sampai 80% dari kapasitas terpasang," kata Rizal dikutip dari CNBC Indonesia, Jumat (27/9/2019).

Namun pemilik kedua pabrik tersebut tak mau disebutkan identitasnya, mereka hanya mau buka-bukaan soal kondisi bisnisnya yang sedang sakit. Dia mengatakan produksi kain dari dua pabrik tersebut menumpuk di gudang-gudang lantaran tak ada pesanan.

Kata dia, tekanan terhadap dua pabrik tersebut sudah terjadi sejak dua tahun terakhir dan puncaknya adalah jelang tutup tahun 2019.

Awalnya ada pabrik yang punya pekerja mencapai 1.200 orang lalu menyusut tinggal 500 orang saja. Lalu ada pabrik yang awalnya punya pekerja 600 orang kini hanya menyisakan 100 pekerja.


(dna/dna)

Hide Ads