Anies mengatakan MRT dan Transjakarta yang tidak terintegrasi ini merupakan salah satu contoh perencanaan transportasi yang buruk.
"Saya berhenti di Stasiun ASEAN. Di sana ada persimpangan antara TransJakarta dengan MRT. Saya selalu menggarisbawahi soal integrasi dan persimpangan itu adalah contoh sempurna perencanaan tanpa integrasi," kata Anies di Halte MRT Bundaran HI, Jalan MH Thamrin, Jakarta Selatan, Senin (1/4/2019).
Transjakarta koridor 13 sendiri digagas pembangunannya oleh mantan Gubernur DKI Jakarta sebelum Anies, yaitu Basuki Tjahja Purnama (BTP). Pria yang akrab dipanggil Ahok ini menginisiasi pembangunan jalur layang khusus bus tersebut dimulai pada 10 Maret 2015.
Dari catatan detikcom, pembangunan jalan layang sepanjang 9,3 kilometer (km) yang menghubungkan Ciledug-Tendean ini menghabiskan dana Rp 2,5 triliun. Beberapa kontraktor memenangkan lelang dan mengerjakan titik-titik yang berbeda.
Kontraktor itu, di antaranya, PT Adhi Karya (Persero) Tbk yang mengerjakan paket Tendean sepanjang 1.105 meter, paket Santa oleh PT Yasa Patria Perkasa sepanjang 1.059 meter, dan paket Trunojoyo oleh PT Anugerah Kridapradana dengan panjang jalan 1.206 meter.
Busway layang yang merupakan koridor 13 ini pun dibuka untuk masyarakat mulai 13 Agustus 2017. Pengoperasian ini sekaligus sebagai bentuk uji penumpang. Busway layang baru benar-benar diresmikan pada 16 Agustus 2017.
Pembangunan MRT sendiri dimulai saat Presiden Joko Widodo masih menjadi Gubernur DKI Jakarta dan didampingi Ahok sebagai wakilnya. Konstruksinya dimulai dengan peletakan batu pertama atau groundbreaking dilakukan pada Oktober 2013.
Saat itu proyek MRT masuk sebagai salah satu proyek strategis nasional yang menjadi prioritas pengerjannya. MRT akhirnya beroperasi pada Maret 2019.
(dna/dna)