Beberapa upaya pemenuhan pasokan dilakukan, seperti importasi bawang putih dan gula kristal mentah (raw sugar) yang diolah menjadi gula kristal putih (GKP) siap konsumsi. Namun, untuk komoditas beras sendiri, pemerintah mengutamakan pasokan dalam negeri.
Apalagi, pada bulan April mendatang akan ada panen raya beras yang diprediksi produksinya mencapai 5-7 juta ton.
"Kebutuhan impor, khususnya beras akan disesuaikan dengan kapasitas panen di Maret/April," kata Staf Ahli Kemenko Perekonomian Raden Edi Prio Pambudi kepada detikcom, Rabu (11/3/2020).
Baca juga: Buwas Juga Mau Impor Gula Konsumsi |
Edi menuturkan, opsi impor beras memang ada. Namun, pemerintah akan mengukur produksi beras dalam negeri dengan kebutuhan. Jika produksi mampu memenuhi kebutuhan 2-2,5 juta ton per tahun, maka impor tak perlu dilakukan. Menurutnya, pemerintah akan tetap mengutamakan kesejahteraan petani.
"Opsi impor dilakukan jika stok terbatas untuk kebutuhan 2-2,5 juta ton dalam setahun ini. Pemerintah tentu tidak ingin mengabaikan petani dengan adanya opsi tersebut," papar dia.
Sejauh ini, Edi mengungkapkan, stok beras masih cukup. Sehingga, masyarakat pun tak perlu ikut fenomena panic buying.
"Namun diupayakan stok cukup agar tidak terjadi aksi panic buying," pungkas dia.
Baca juga: Impor Bawang Bombai Dibuka 2.000 Ton |
Untuk keputusan lebih lanjut mengenai pemenuhan kebutuhan pangan, pemerintah akan menggelar rapat koordinasi (rakor) tingkat menteri yang akan dipimpin oleh Menteri Koordinator Bidang Perekonomian pada hari Jumat, (13/3) ini.
"Jumat pagi rakor pangan," tutup Edi.
(dna/dna)