Edhie mencontohkan kasus lockdown di Filipina. Presiden Duterte bekerja sama dengan dua konglomerat besar negara tersebut, San Miguel Corporation dan Ayala Corporation untuk menyediakan makanan.
"Jika alat transportasi publik berhenti, berarti sebagian pasar juga akan berhenti, supply makanan lalu diambil alih oleh pemerintah beserta swasta besar yang ditunjuk untuk menggantikan," jelas Edhi.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Koordinasi dan kerja sama antara pemerintah dengan kalangan bisnis dan masyarakat secara masif harus dilakukan selama 24 jam sehari, 7 hari seminggu. Pemerintah juga harus mendorong kesiapan pada kalangan bisnis yang ditunjuk untuk menyiapkan pasokan bahan pokok dan logistik.
"Prasyarat harus disiapkan sebaik-baiknya terlebih dahulu dengan cepat oleh pemerintah dan swasta besar yang ditunjuk, atau oleh BUMN, dan oleh Pemda serta BUMD yang wilayahnya di-lockdown," ujar Edhie.
Namun, jika Indonesia belum mempertimbangkan opsi lockdown maka pemerintah harus dengan sangat segera bisa mendatangkan para ahli dan peralatan yang sangat memadai di segenap penjuru Indonesia untuk bisa mendeteksi, mengarantina, dan memutus rantai penyebaran virus corona.
"Harus sangat cepat. Kita berkejaran dengan waktu. Masyarakat harus dididik dengan cepat dan penuh kesigapan untuk mematuhi petunjuk pemerintah pusat secara mengikat, atau ada sanksi berat bagi yang tidak taat. Jangan sampai Indonesia menjadi seperti Italia di mana penularan begitu masif, sehingga tidak lagi bisa tertampung para penderita Covid-19, naudzubillah," pungkas Edhie.
Simak Video "Video WHO soal Ilmuwan China Temukan Virus Corona Baru Mirip Penyebab Covid-19"
[Gambas:Video 20detik]
(ara/ara)