Ia berharap pemerintah memberi solusi lain dari sekadar membagikan sembako. Ia ingin ada solusi yang memungkinkan pekerja seperti dirinya tetap bisa mencari nafkah di tengah situasi seperti ini.
"Kompensasinya hanya diberikan sembako senilai Rp 600 ribu/bulan selama 3 bulan. Bukan itu yang kita butuhkan dan saya yakin kompensasi itu juga tidak rata pembagiannya, dengan adanya aturan PSBB atau apapun itu tidak akan merubah keadaan jadi lebih baik. Tapi akan menaikkan tingkat kriminalitas," imbuhnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Lalu, ada Iwan, seorang pekerja lepas di bidang event organizer. Serupa dengan dua musisi lainnya, pekerjaan satu ini juga sama terpukulnya. Menurutnya, jenis pekerjaannya yang insidental tersebut sangat bergantung pada kunjungan kerumunan banyak orang.
Sejak adanya imbauan work from home (WFH), pekerja event organizer benar-benar kehilangan pendapatan mereka.
"Satu persatu event/acara dibatalkan, berawal dari kesadaran client kami untuk menghindari kerumunan orang hingga pembatalan izin oleh pihak pemerintah. Pada saat pemerintah memberhentikan pemberian izin keramaian, di situ pekerjaan kami berhenti, penghasilan kami setop. Bahkan beberapa pekerjaan kami yang sudah selesai pun tidak dibayarkan oleh client kami, karena nasib mereka pun sama dengan kami, tidak ada pemasukan," paparnya.
Di samping kehilangan pemasukan, menurutnya banyak biaya yang masih wajib dikeluarkan di saat semua acara dibatalkan.
"Di sisi lain biaya yang harus kami keluarkan tidak berhenti, baik dari biaya hidup, cicilan kendaraan hingga uang sekolah anak," keluhnya.
Ia berharap pemerintah membuka mata, melihat banyaknya jenis pekerjaan yang terdampak oleh kehadiran pandemi tersebut.
"Kami berharap pemerintah bisa melihat begitu luasnya bidang pertunjukan dan event ini di Indonesia," pungkasnya.
Simak Video "Video WHO soal Ilmuwan China Temukan Virus Corona Baru Mirip Penyebab Covid-19"
[Gambas:Video 20detik]
(ara/ara)