Ngerinya Hiperinflasi, Jangan Bermewah-mewahan di Lebaran Tahun Ini

Round-Up 5 Berita Terpopuler

Ngerinya Hiperinflasi, Jangan Bermewah-mewahan di Lebaran Tahun Ini

Herdi Alif Al Hikam - detikFinance
Minggu, 10 Mei 2020 21:00 WIB
Poster
Foto: Edi Wahyono

Ngerinya Hiper Inflasi

Sebenarnya Indonesia pernah melakukan cetak uang pada periode 1957-1965. Saat itu Indonesia sedang membutuhkan dana besar untuk berbagai kebutuhan seperti pos prioritas politik yang digunakan untuk operasi keamanan, subsidi BUMN dan swasta. Dampaknya terjadi hiperinflasi.

"Bahkan pada menilik pada sejarah Indonesia di medio tahun 1960-an kebijakan mencetak uang dan juga kondisi politik pada saat itu yang tidak stabil bermuara pada hiperinflasi, atau tingkat inflasi yang berada di atas 100%," Ekonom Center of Reform on Economics (CORE) Yusuf Rendy Manilet.

Yusuf menjelaskan hiperinflasi merupakan laju inflasi yang sangat tinggi. Biasanya di kisaran 100% bahkan lebih. Itu artinya kenaikan harga barang rata-rata bisa mencapai 100% lebih.

"Sebagai ilustrasi pada tahun 1966, terjadi kenaikan harga hingga 635%, dengan kenaikan ini, misal harga barang pokok Rp 100 rupiah kenaikan inflasi di atas meningkatkan harga hingga menjadi Rp 735," terangnya.

Dia memberikan contoh sederhana lainnya, Zimbabwe pernah mencetak uang dan dampaknya terjadi hiperinflasi sebesar 7,9 miliar%. Hal itu menyebabkan harga sosis meningkat menjadi 30 juta dolar Zimbabwe dari sebelumnya hanya mencapai 379 dolar Zimbabwe.

Hide Ads