Corona Serang Semua Sektor, Pemerintah Jangan Pilih Kasih Beri Stimulus

Corona Serang Semua Sektor, Pemerintah Jangan Pilih Kasih Beri Stimulus

Achmad Dwi Afriyadi - detikFinance
Selasa, 12 Mei 2020 13:55 WIB
Poster
Foto: Edi Wahyono
Jakarta -

Pemerintah Harus serius dan bersungguh sungguh menanggulangi Penyebaran COVID-19. Pengaruh wabah COVID-19 teramat besar bagi perekonomian nasional. Terlebih wabah COVID-19 ini bukan hanya terjadi di Indonesia dan China, tapi juga di seluruh Dunia.

Semakin lama dan luas wabah COVID-19 menular, semakin berdampak negative bagi perekonomian nasional, semakin banyak orang kehilangan pekerjaan dan mata pencaharian.

"Dampak yang di depan mata akibat Wabah COVID-19 ini adalah menurunnya penerimaan keuangan negara. Hal ini akan mengganggu agenda pembangunan dan belanja negara serta belanja pegawai. Disamping banyaknya perusahaan swasta yang merumahkan karyawannya sehingga menimbulkan angka pengangguran yang tinggi," papar Pengamat Ekonomi dari Indonesian Development of Economi and Finance (INDEF) Dradjat Wibowo, Selasa (12/5/2020).

Karena itu, lanjut Dradjat Wibowo, pemerintah harus membuat stimulus perekonomian yang tepat. Sektor industri mana yang masih bagus dan beroperasi serta memberikan penghasilan keuangan dan menyerap tenaga kerja, harus terus dioptimalkan dan dilindungi.

Salah satu industri yang menyerap tenaga kerja yang banyak dan menggerakan ekonomi sektor ril dari perkotaan hingga pedesaan adalah industri hasil tembakau.

Disamping itu, sektor industri ini juga memberikan pemasukan keuangan bagi negara lewat cukai dan pajak pajak lainnya. Karena itu, dalam rangka penyelamatan ekonomi, jika pemerintah memberikan bantuan dan perlindungan kepada sektor industri lainnya, maka untuk azas keadilan, industri rokok pun perlu mendapat perlindungan dan perhatian pemerintah pula.

"Saya rasa industri rokok akan terkena dampak negative (dari wabah COVID-19) karena sangat padat karya dan banyak pekerja perempuannya. Jadi saya rasa untuk fair-nya, kalau indutri lain itu dibantu, industri rokok juga dibantu. Jangan industi rokok ini dipukulin terus. kira-kira begitu untuk fairness saja. Tapi perlu dicatat saya orang yang antirokok, supaya tidak bias. Jadi untuk fairness kalau industri lain dibantu, industri rokok jangan dipukulin, melainkan juga perlu dibantu. Ini untuk keadilan saja, " papar mantan anggota DPR RI yang mengaku tidak pernah merokok ini.

Menurut Drajat Wibowo, INDEF beberapa waktu lalu telah membuat proyeksi turunnya pertumbuhan perekonomian hingga 2 persen untuk skenario wabah yang minimal.

Kalau skenario wabahnya lebih besar lagi seperti di Italia bisa berakibat pertumbuhan ekomnomi kita mencapai angka minus. Ini sudah terbukti dengan Negara Cina yang mengalami pertumbuhan minus. Jadi dampaknya bakal akan sangat besar sekali.

Lebih lanjut ia menyampaikan, Kalau minus pertumbuhan ekonominya hanya sesaat, tidak terlalu banyak efeknya. Hanya psikologis saja. Tapi kalau minus pertumbuhan ekonominya dalam jangka Panjang, 1-2 bulan akan membahayakan perekonomian nasional kita.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT


PSBB Serba Tanggung

Pada kesempatan tersebut, Dradjat Wibowo menyesalkan, pencegahan penularan COVID-19 yang dilakukan pemerintah pusat dan pemerintah daerah (Pemda) lewat Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) tidak diikuti dengan pelaksanaan rapid test maupun test swap dan PCR secara masal kepada semua warga di setiap daerah.

Padahal test massal yang dilakukan di setiap daerah sangat penting untuk mengetahui seberapa besar jumlah warga yang terinfeksi dan dan tidak terinfeksi COVID-19. Setelah itu diikuti dengan penelusuran kemana saja sebelum dan sesudah warga terinfeksi COVID-19. Serta dilakukan pengobatan maksimal hingga sembuh.

"Tujuan PSBB itu memisahkan antara orang yang positif dengan orang yang belum terkena (COVID-19). Jadi, orang yang masih sehat mengurung diri di rumah, bekerja dari rumah dan orang yang sudah positif dilakukan treatment, kemudian kontak sosial dibatasi," kata dia.

Menurut dia, tujuan PSBB itu untuk memotong virusnya melompat dari satu orang ke orang lain. Virus ini kan tidak bisa melompat sendiri. Harus dibawa orang yang kontak secara sembrono.

"Kalau di Jakarta PSBB masyarakat masih keluyuran. Ada pembagian sembako yang kurang mengindahkan physical distancing. Kalau seperti itu mau PSBB satu tahun pun tidak akan ada efeknya," Papar Dradjat.

Lebih lanjut Drajat Wibowo menyampaikan, jika penerapan PSBB seperti saat ini, sulit diprediksi berapa lama lagi waktu yang diperlukan untuk diterapkan di berbagai daerah di Indonesia Seberapa besar persentase keberhasilan PSBB terhadap pencegahan penularan COVID-19.

(acd/dna)

Hide Ads