30 April 2020
Kemendag kembali menggelar rapat dengan AGRI, Aprindo, dan KTM. Saat itu, AGRI menyampaikan stok di gudang-gudang anggotanya hanya tersisa 93.000 ton. Oleh sebab itu, hasil rapat menyetujui komitmen pendistribusian sampai 92.900 ton gula untuk Aprindo.
"Jadi angka yang sudah disepakati dengan Aprindo, dengan yang sudah ditanda tangani MoU pada 30 April adalah kuantitas sampai dengan 92.900 ton," jelas Bernardi.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sehingga, ia menegaskan sejak awal tidak ada kesepakatan AGRI harus mendistribusi 160.000 ton gula rafinasi untuk Aprindo.
"Ada MoU-nya, ini untuk saya klarifikasi bahwa tidak pernah ada kata-kata 160.000 perjanjian AGRI dengan Aprindo, itu tidak benar," tegas dia.
4 Mei 2020
Pada kesepakatan terakhir, AGRI ditugaskan memasok gula rafinasi ke ritel-ritel modern hanya 25.000 ton, dan KTM 5.000 ton. Angka tersebut disesuaikan dengan penugasan yang diberikan oleh Kementerian Perdagangan (Kemendag).
"Tanggal 4 Mei diubah jadi 30.000 untuk disuplai AGRI dan KTM" tuturnya.
Adapun sisa stok sebanyak 63.000 ton, menurut Bernardi sudah ditugaskan oleh Kemendag agar dipasok ke pasar-pasar tradisional.
"Kita diminta melakukan operasi pasar dan penjualan langsung ke pedagang pasar. Jadi anggota AGRI ini sedang repot-repotnya, karena permintaan pemerintah, kita ikut masuk ke pasar-pasar kemudian kita jual langsung pedagangnya dalam bentuk 1 kg-an. Jadi benar-benar ekstra kerja," terang Bernardi.
Ia menegaskan, stok gula rafinasi yang ada di AGRI dari sejak awal angka yang tersedia adalah 145.000 ton tidak hilang sebutir pun. Terkait perubahan posisi stok memang disebabkan oleh distribusi yang terus dilakukan dalam upaya memenuhi penugasan dari Kemendag.
"Pada prinsipnya kita mengikuti penugasan pemerintah," pungkasnya.
Sebagai informasi, sebelumnya Roy membeberkan kondisi ritel modern yang kesulitan memperoleh pasokan gula. Menurut Roy, pemerintah sudah menetapkan kesepakatan dengan AGRI, agar 160.000 ton gula rafinasi dapat di pasok ke gerai-gerai ritel modern. Namun, Roy mengatakan ketika hendak memperoleh pasokan gula rafinasi tersebut, yang tersisa hanyalah 93.000 ton, atau ada 70.000 ton stok gula yang menghilang.
"Nah prosesnya ternyata, dari 160.000 ton itu ternyata hanya tinggal 93.000 ton. Dalam waktu 2 hari, hilang gulanya hampir sekitar 70.000 tidak tahu ke mana," kata Roy dalam webinar pangan BPKN, Kamis (14/5/2020).
(ara/ara)