RI Perlu Waspada, Jangan Sampai Terseret ke Jurang Resesi!
Sabtu, 30 Mei 2020 10:00 WIB

Untuk saat ini mungkin new normal menjadi pilihan yang sulit. Demi menyelamatkan ekonomi, menurut Wakil Direktur Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) Eko Listiyanto itu perlu dilakukan.
Namun mengingat kasus positif virus Corona belum melandai, ada ancaman kesehatan jika era normal baru dilaksanakan tanpa perhitungan matang.
"Sebetulnya kalau bicara ekonomi iya (perlu new normal) tapi problem-nya di kita new normal yang terjadi itu tanpa persyaratan yang tepat sebetulnya. Karena kalau di negara lain itu memulai ketika kurvanya agak landai atau minimal datar atau ada pengurangan. Kayak di Amerika itu sudah mulai agak turun juga case-nya. Baru kemudian ada istilahnya new normal itu," kata dia saat dihubungi detikcom, Jumat (29/5/2020).
Sementara itu dia melihat baru beberapa daerah yang memang bukan pusat pandemi COVID-19 yang siap menjalankan normal baru.
Lanjut dia, tampaknya pemerintah ingin segera memberlakukan era new normal karena jika tidak dilakukan maka ongkos ekonominya akan besar.
"Sehingga sepertinya berdamai itu mungkin dalam konteks bayangan pemerintah tidak hanya aspek bahwa kita sudah siap sebetulnya. Kalau dibilang siap, saya rasa belum secara kesehatan. Tapi secara ekonomi jadi nggak terhindarkan karena hitung-hitungan banyak pihak (pertumbuhan ekonomi) itu akan negatif, akan resesi," jelasnya.
Namun pemerintah harus bisa mengantisipasi jika misalkan pembatasan sosial sudah dilonggarkan bagaimana masyarakat bisa menaati protokol kesehatan yang ada. Jika tidak, kasus COVID-19 malah akan makin banyak.
Simak Video "Video: Membahas Usul Hapus 1 Libur Nasional untuk Dongkrak Ekonomi Jerman"
[Gambas:Video 20detik]
(toy/hns)