Rosan sendiri memahami dalam memberikan segala stimulus pemerintah perlu memperhatikan defisit APBN yang akan melebar. Namun, ia mengatakan Kadin sejak lama sudah mengingatkan pemerintah bahwa defisit APBN akan lebih lebar dari yang dipatok pemerintah bahkan diprediksi tembus 10%.
"Kita sudah memprediksi ini sejak awal bulan April, saya ingat. Ya akan lebih tinggi. Kita sudah kasih surat,dan CC juga ke Menkeu awal April kok bahwa ini akan di level 10% minimal untuk defisitnya," kata Rosan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ia menuturkan, seharusnya Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati yang juga Ketua Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) melihat bahwa defisit ini akan jauh lebih besar.
"Mestinya dari Menteri Keuangan sebagai Ketua KSSK itu sudah memperkirakan angka yang besarnya," ujarnya.
Ia pun menyoroti angka defisit APBN yang sudah direvisi berkali-kali. Perlu diketahui, dalam Perpres Nomor 54 Tahun 2020 pemerintah menyebut defisit APBN sebesar 5,07% terhadap PDB atau Rp 852,9 triliun. Namun, angka itu dikoreksi menjadi 6,27%. Pada Rabu (3/6) lalu Sri Mulyani kembali merevisi defisit APBN, yang melebar ke level 6,34% atau setara Rp 1.039,2 triliun terhadap PDB.
"KSSK ini kan kredibilitasnya jadi menurun kalau misalnya sampai 3 kali revisi, dari 5,07%, ke 6,27% sekarang 6,34%. Dan kita sudah memberikan masukan bahwa defisitnya akan di atas 10%. Malah hitungan kami karena penerimaan pajak akan berkurang, belanja pemerintah akan bertambah, ditambah lagi kebutuhan untuk stimulus ini nilainya itu sangat besar, terutama untuk UMKM yang 50% sudah terdampak," tutup Rosan.
Simak Video "Paket Stimulus Ekonomi Sudah Cair, Manfaatnya Mulai Kerasa Dimana-mana"
[Gambas:Video 20detik]
(ara/ara)