KPPU Ungkap Penjualan Daging Sapi Menurun 36% Gegara Corona

KPPU Ungkap Penjualan Daging Sapi Menurun 36% Gegara Corona

Soraya Novika - detikFinance
Selasa, 09 Jun 2020 20:30 WIB
istilah daging sapi dari wagyu, usda prime beef, kobe, grass fed, grass finished fed, wet aged, dry aged
Foto: iStock
Jakarta - Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) mengungkapkan adanya penurunan permintaan atau penjualan terhadap komoditas daging sapi gara-gara pandemi COVID-19. Penurunan permintaan daging sapi bahkan terjadi sejak awal Januari 2020 lalu hingga sebesar 36% dari kondisi normalnya.

"Sapi ini agak menarik, di awal-awal Januari 2020 sudah ada mulai perubahan-perubahan permintaan karena di luar negeri gejolak COVID-19 mulai terasa. Dari data Kementan memang terjadi penurunan perkiraan kebutuhan akibat COVID-19 ini yaitu sebesar 36% dibanding kondisi normal. Ini sangat besar hampir 40%," ungkap Direktur Ekonomi KPPU M. Zulfirmansyah dalam telekonferensi, Selasa (9/6/2020).

Sehingga, importasi daging sapi otomatis menurun dan kebutuhan daging sapi dapat dipenuhi dengan pasokan domestik saja.

"Yang tadinya harus dipenuhi oleh importasi itu dapat dipenuhi oleh pasokan domestik. Nah sehingga realisasi impor sampai 31 Maret lalu itu hanya 25% untuk sapi bakalan. Bahkan untuk sapi indukan itu hanya 3%," ungkapnya.

KPPU memprediksi kenaikan permintaan daging sapi mulai bakal terjadi menjelang perayaan Hari Raya Haji pada akhir Juli 2020 mendatang. Bila produsen tak mampu menyediakan stok yang cukup saat waktu tersebut maka bakal menganggu kebutuhan dalam negeri.

"Kami prediksi ini jadi booming ketika hari raya lebaran haji, apabila tim kloter tidak memiliki pasokan dan jika COVID-19 membaik ini bisa jadi yang tadinya permintaan menurun, bisa berbalik tertinggi, kemudian kebutuhan domestik tidak terpenuhi dan tentu saja supply demand terganggu," imbuhnya.

Dari sisi harga, meski permintaan sempat menurun tajam, akan tetapi harga jualnya masih di atas Harga Eceran Tertinggi (HET) Rp 105.000. Namun, pergerakannya stabil baik di pasar tradisional maupun modern.

"Kami sudah potret juga, masih di atas harga HET tapi setidaknya stabil tidak terlalu bergejolak tinggi, baik di pasar modern maupun pasar tradisional. Untuk komoditas ini di pasar modern harga lebih tinggi marginnya hingga 45%, mungkin karena mereka cool storage yang besar untuk menyimpan, sedangkan di tradisional biasanya daging segar," paparnya.

Demikian pula bila dibandingkan dengan rata-rata harga internasional. Harga daging sapi domestik masih lebih tinggi dari harga internasional.

"Di luar negeri memang ada turun naik harga tapi range harga dengan internasional memang lumayan cukup tinggi hampir 2x lipat, intenasional masih di kisaran Rp 60.000 - Rp 80.000 paling tinggi di bulan November tapi Januari sudah mulai turun di kita stabil Rp 120 ribu," tandasnya.


(dna/dna)

Hide Ads