Ketiga, dia melanjutkan, produk-produk yang ramah lingkungan juga akan lebih disukai masyarakat. Sebab selama beberapa bulan tinggal dan bekerja di rumah mereka sadar bahwa langit lebih cerah dan udara bersih dari polusi.
Keempat, produk atau layanan jasa yang bisa membantu memenuhi sikap dan jiwa empati terhadap sesama. Sebab, kata mantan Dubes RI di Rusia itu, dari amatannya di lingkungan masyarakat China dan Indonesia, maupun negara-negara lain di Eropa, ada kecenderungan pandemi ini membuat orang lebih peduli terhadap sesama.
"Jadi, ke depan tak cuma ada CSR (corporate social responsibility) tapi juga individual. Tinggal bagaimana bentuk usaha maupun jasa yang bisa mewujudkan hal tersebut. Ini menjadi tantangan baru," tutur lelaki kelahiran Beo, Sulawesi Utara, 22 Juli 1957 itu.
Pada bagian lain, Djauhari Oratmangun menepis anggapan bahwa Belt and Road Initiative China sebagai upaya negeri itu untuk mengendalikan Indonesia maupun negara-negara lain yang dibantunya. Dia juga mengungkapkan tekadnya untuk terus memfasilitasi para pengusaha Indonesia masuk ke China. Hal ini agar neraca perdagangan RI-China bisa mengungguli China-Malaysia. Bagaimana caranya? Simak selengkapnya di Blak-blakan "Bisnis & Investasi Pasca Pandemi" di Detik.com, Rabu (24/6/2020).
(das/hns)