Ekonomi RI Diprediksi Sulit Bisa Kembali ke 5%, Kenapa?

Ekonomi RI Diprediksi Sulit Bisa Kembali ke 5%, Kenapa?

Soraya Novika - detikFinance
Minggu, 28 Jun 2020 07:00 WIB
Pengembalian Uang Korupsi Samadikun

Kepala Kejaksaan Tinggi DKI Jakarta Toni Spontana (tengah) menyerahkan secara simbolis kepada Wakil Direktur Utama Bank Mandiri Sulaiman A. Arianto (ketiga kanan) uang ganti rugi korupsi Bantuan Likuidasi Bank Indonesia (BLBI) dengan terpidana Samadikun Hartono di Gedung Bank Mandiri, Jakarta, Kamis (17/5/2018). Mantan Komisaris Utama PT Bank Modern Samadikun Hartono terbukti korupsi dana talangan BLBI dan dihukum 4 tahun penjara serta diwajibkan mengembalikan uang yang dikorupsinya sebesar Rp 169 miliar secara dicicil. Grandyos Zafna/detikcom

-. Petugas merapihkan tumpukan uang milik terpidana kasus korupsi BLBI Samadikun di Plaza Bank Mandiri.
Foto: grandyos zafna
Jakarta -

Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kemenkeu Febrio Kacaribu menyampaikan Indonesia bisa saja mengalami yang namanya gelombang kedua COVID-19 pasca dilonggarkannya aturan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB). Lantaran, episentrum kasus COVID-19 di Indonesia terus mengalami pergeseran. Setelah Jakarta, kini Jawa Timur, Jawa Tengah hingga Sulawesi Selatan menjadi episentrum baru kasus COVID-19. Hal itu berpengaruh terhadap ekonomi.

"Indonesia bukan tidak mungkin kita menghadapi second wave. Jakarta yang sekarang sudah dilonggarkan PSBB-nya harus terus dijaga supaya protokol kesehatannya benar-benar dilakukan sehingga second wavenya harapannya tidak terjadi. Tapi tantangan kita di Indonesia sekarang adalah episentrumnya bergeser ke Jatim, Jateng, Sulsel dan lain sebagainya," kata Febrio dalam diskusi virtual, Sabtu (27/6/2020).

Untuk itu, penerapan protokol kesehatan yang ketat harus diterapkan di seluruh wilayah Indonesia, tidak hanya di Jakarta, termasuk zona hijau COVID-19. Tujuannya agar tidak terjadi gelombang kedua COVID-19 di Indonesia.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Ini yang memang akan terus jadi tantangan kita dalam beberapa bulan ke depan sayangnya itulah yang menjadi fitur utama dari krisis kita tahun ini, artinya kita tidak tau, ini kapan berakhirnya pembatasan-pembatasan ini yang diakibatkan oleh episentrum yang terus bergeser dan seberapa mampu kita melakukan protokol kesehatan yang cukup disiplin sehingga kita bisa terhindar dari second wave," paparnya.

Akan tetapi, meskipun Indonesia terhindar dari gelombang kedua COVID-19, Febrio tidak yakin pertumbuhan ekonomi RI bisa kembali tumbuh ke level 5%.

ADVERTISEMENT

"Bahkan ketika kita terhindar dari second wave pun artinya kita sedang mengalami pembatasan tidak mungkin kita beroperasi ekonomi dalam 100%. Nah artinya untuk kembali 5%, yang seperti katakanlah kita membayangkan itu sebagai potensial GDB kita, itu yang akan susah," imbuhnya.

Alasannya, pembatasan di daerah akibat pergeseran episentrum kasus COVID-19 tadi bisa berpengaruh terhadap terhambatnya aktivitas ekonomi di daerah dan ujung-ujungnya pada lapangan kerja secara nasional.

"Dan sayangnya itu yang akan menghambat kita untuk menciptakan lapangan kerja, akan menghambat kita untuk menambah aktivitas ekonomi untuk menuju GDB per kapita yang lebih tinggi. Itulah yang memang fitur utama dari krisis tahun ini dan semoga tidak berkepanjangan semoga di 2021 kita benar-benar bisa keluar," tuturnya.




(zlf/zlf)

Hide Ads