Juli Deflasi 0,10%, Ekonom: Sinyal Resesi

Juli Deflasi 0,10%, Ekonom: Sinyal Resesi

Vadhia Lidyana - detikFinance
Selasa, 04 Agu 2020 20:30 WIB
Poster
Ilustrasi/Foto: Edi Wahyono
Jakarta -

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pada Juli terjadi deflasi sebesar 0,10%. Terjadinya deflasi karena penurunan harga berbagai komoditas. Managing Director Political Economy and Policy Studies (PEPS) Anthony Budiawan mengatakan, deflasi adalah pertanda Indonesia akan memasuki jurang resesi.

"Kita sudah pasti kita melihat ekonomi akan masuk resesi. Semua itu ditandai pasti adalah deflasi. Dan deflasi itu sudah diperkirakan. Jadi itu bukan suatu berita baru. Jadi itu sudah diperkirakan karena ekonomi dunia dan ekonomi Indonesia akibat COVID-19 akan terpuruk, akan masuk resesi," ungkap Anthony ketika dihubungi detikcom, Selasa (4/8/2020).

Hal serupa juga dikatakan oleh Direktur Eksekutif Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) Tauhid Ahmad. Ia mengatakan, deflasi mencerminkan daya beli masyarakat terpuruk, sehingga permintaan barang dan jasa turun, lalu menyebabkan harga-harga juga turun.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Ketika dominan harga relatif rendah maka itu membuktikan memang tidak ada permintaan barang dan jasa, dan harga rendah, dan itu adalah sinyal-sinyal kita memasuki resesi, terutama dalam kondisi deflasi ini," terang Tauhid ketika dihubungi detikcom secara terpisah.

Apalagi, ketika deflasi terjadinya di bulan Juli, di mana merupakan periode konsumsi terbesar di Indonesia, salah satunya karena liburan dan hari raya.

ADVERTISEMENT

"Kalau saya melihat Juli itu kan periode yang harusnya konsumsi tinggi karena itu hari raya. Karena hari raya biasanya, tahun lalu saja di Juli inflasi 0,31%. Tapi sekarang month to month nya minus 0,1%. Memang year to year-nya 1,54%. Tapi ini saya melihat memang daya beli turun, konsumsi masyarakat turun," ujar dia.

Ia pun memberikan kilas balik inflasi yang rendah sejak Maret 2020. Menurutnya, hal ini sudah memberikan sinyal besar Indonesia masuk ke jurang resesi.

"Ini mulai terjadi kami lihat Maret, April, Mei, Juni, dan Juli. Maret itu inflasi month to month itu hanya sekitar 0,1%. Dan terjadi di April 0,08%, Mei 0,07%, Juni 0,18%, Juli bahkan deflasi. Kalau Agustus terjadi juga, bahkan di bawah 0,1%, Nah itu sudah sangat jelas bahwa kita potensi untuk resesinya semakin besar," tutup Tauhid.




(eds/eds)

Hide Ads