Ekonomi RI Diramal Minus, Bagaimana Amankan Dompet Keluarga?

Ekonomi RI Diramal Minus, Bagaimana Amankan Dompet Keluarga?

Sylke Febrina Laucereno - detikFinance
Selasa, 04 Agu 2020 20:45 WIB
wallet with rupiah money inside in front of computer laptop monitor screen, online transaction concept
Foto: iStock
Jakarta -

Badan Pusat Statistik (BPS) akan mengumumkan angka pertumbuhan ekonomi kuartal II tahun 2020. Kalangan ekonom sudah memprediksi akan terjadi kontraksi pada pertumbuhan ekonomi Indonesia akibat tertekan pandemi COVID-19.

Direktur Eksekutif INDEF Tauhid Ahmad mengungkapkan untuk mengantisipasi ekonomi yang mengalami kontraksi, masyarakat harus cermat untuk menghitung segala prioritas kebutuhan yang akan dikeluarkan.

"Kebutuhan penting harus diutamakan, seperti makanan itu harus terjamin dulu baru bicara yang lain. Kurangi kebutuhan yang tidak perlu seperti wisata dan berbelanja yang tidak perlu," kata Tauhid saat dihubungi detikcom, Selasa (4/8/2020).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dia menyebutkan, dengan kondisi ekonomi yang terkontraksi masyarakat yang memiliki cicilan atau pinjaman berpotensi mengalami tekanan tinggi dan menjadi rasio kredit bermasalah (NPL).

"Tekanan makin tinggi, mereka harus melakukan proses negosiasi ke pemberi pinjaman atau bank atau melakukan cara lain supaya mereka tidak kena sanksi atau agunannya ditarik," jelas dia.

ADVERTISEMENT

Menurut Tauhid untuk masyarakat yang saat ini masih memiliki kemampuan, sudah saatnya melakukan saving alias menabung. Hal ini karena situasi semakin tidak menentu apalagi pandemi belum menunjukkan tanda-tanda berakhir.

"Kalau pandemi sudah menurun dan ekonomi menggeliat baru kembali terlihat ekspansinya," jelasnya.

Peneliti Ekonomi Senior Institut Kajian Strategis (IKS) Universitas Kebangsaan Republik Indonesia Eric Sugandi menjelaskan memburuknya kondisi ekonomi global serta konsumsi dan investasi domestik yang masih dalam tekanan menyebabkan ekonomi diprediksi memburuk.

"IKS memperkirakan ekonomi Indonesia mengalami kontraksi sebesar 3,6% secara quarter to quarter (belum mengeluarkan pengaruh faktor musiman). Atau kontraksi 4,7% secara year on year," kata dia.




(kil/dna)

Hide Ads