Badan Pusat Statistik (BPS) telah mengumumkan angka pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal II-2020 minus 5,23%. Angka itu membuat ancaman resesi di Indonesia kian nyata. Sejumlah strategi dilakukan pemerintah agar krisis ekonomi 98 tidak terulang.
Memang bukanlah hal baru jika Indonesia mengalami krisis ekonomi karena sebelumnya pada 1998 sudah pernah terjadi. Namun kejadian kelam itu alangkah baiknya jangan sampai terulang karena membuat situasi dunia sangat mengerikan.
Direktur Eksekutif Institute Development of Economic and Finance (INDEF) Tauhid Ahmad mengatakan resesi ekonomi akan menyebabkan lonjakan masyarakat miskin. Akan banyak pengangguran dan pemutusan hubungan kerja (PHK) karena resesi.
"Yang jelas adalah kemiskinan akan meningkat cukup tajam. Nah ini kan agak berat, kemiskinan ini kan ditandai oleh orang yang pendapatannya turun banyak itu mulai terjadi lebih lama dari biasanya," kata Tauhid kepada detikcom, Kamis (6/8/2020).
Berdasarkan catatan detikcom, ratusan perusahaan mulai dari skala kecil hingga konglomerat bertumbangan pada saat krisis 1998. Sekitar 70% lebih perusahaan yang tercatat di pasar modal mendadak berstatus insolvent alias bangkrut. Sehingga risiko lanjutannya adalah lahirnya gelombang besar pemutusan hubungan kerja (PHK).
Pengangguran melonjak ke level yang belum pernah terjadi sejak akhir 1960-an, yakni sekitar 20 juta orang atau 20% lebih dari angkatan kerja. Akibat itu, jumlah penduduk di bawah garis kemiskinan juga meningkat.
Angka kemiskinan tercatat mencapai sekitar 50% dari total penduduk. Pendapatan per kapita yang mencapai 1.155 dolar/kapita pada 1996 dan 1.088 dolar/kapita pada 1997 menciut menjadi 610 dollar/kapita pada 1998. Dua dari tiga penduduk Indonesia, sebagaimana dicatat oleh Organisasi Buruh Internasional (ILO), berada dalam kondisi yang sangat miskin.
Simak Video "Jadi Perdana Menteri Inggris, Rishi Sunak Ingin Prioritaskan Perbaikan Ekonomi"
[Gambas:Video 20detik]