Dia membayar jasa guru itu dengan hasil keringatnya sendiri. Dia ambil dari hasil jualan biskuit yang merupakan bisnis awalnya setamat SD. Bahkan, agar bisa bisnis biskuit, Eka menjaminkan ijazah SD ke produsen sehingga bisa menjualnya alias menjadi distributor.
Bisnis biskuit berjalan lancar, omzetnya meningkat. Eka pun bisa membeli sepeda hingga becak bekas sebagai sarana menjual biskuitnya. Bisnis biskuit melambung, dalam 4 tahun Eka bisa mengumpulkan 2.500 gulden, dan 1.000 gulden bisa dipakai renovasi rumah orang tuanya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Tak cepat puas, Eka pun merambah sumber uang lainnya. Dia ikut arisan tender, caranya siapa yang mau memberi bunga tertinggi yang menang. Cuma di bisnis ini Eka gagal karena kondisi ekonomi kacau saat Jepang masuk Makassar 1941. Dana Eka di arisan tender pun menghilang bersama pemenang tender.
Meski amsyong tak membuat Eka putus asa, ide-ide bisnisnya selalu muncul begitu saja. Pernah saat Eka duduk di pantai melihat truk tentara membuang barang rongsok mulai dari besi, kayu, karung terigu, karung semen, seng dan lainya.
Pemandangan itu memberikannya ide untuk mendirikan kedai kopi. Dia berpikir para tentara yang bekerja di sana pasti mau mampir ke kedainya untuk melepas lelah. Dia juga menjual ayam rebus. Bisnis kulinernya itu pun berjalan mulus.
Tapi tujuan utamanya bukan itu, Eka melihat ada peluang cuan di tumpukan barang rongsok tersebut. Dari uang yang dia hasilkan berjualan kopi dan ayam rebus dia gunakan untuk menampung barang rongsokan tersebut.
Tapi bisnis barang rongsokan itu tidak berjalan mulus. Saat mulai meredup, Eka banting setir merambang produk minyak goreng. Dia pergi berlayar dari Makassar menuju daerah penghasil minyak goreng di Sulawesi Selatan yang bernama Selayar.
Namun lagi-lagi bisnisnya mengalami kendala. Jepang yang saat itu menjajah Indonesia membuat memonopoli penjualan minyak goreng. Swasta wajib menjual produk minyak gorengnya ke pihak Jepang dengan harga Rp 1,5/liter.
Namun ide bisnisnya kembali muncul ketika saat itu orang-orang kesulitan mendapatkan roti. Masyarakat harus rela mengantre panjang untuk beli roti dan pembeliannya dibatasi hanya 2 roti per orang. Munculah ide mendirikan pabrik roti.
Bagaimana cerita pabrik roti yang didirkan Eka Tjipta? Buka halaman selanjutnya.
Simak Video "Anak Bos Sinar Mas Bawa Bukti Baru ke Polri untuk Jerat Saudara Tirinya"
[Gambas:Video 20detik]